Peranan kaum cendekiawan sudah lama juga menjadi perhatian oleh raja-raja Riau atau Yang Dipertuan Kerajaan Riau. Tapi baru Raja Muhammad Yusuf al-Ahmadi –Yang Dipertuan Muda Riau ke-X (1858-1899) – yang benar-benar memperhatikannya. Untuk kepentingan itu, dia telah MENDIRIKAN SEBUAH PERPUSTAKAAN di Pulau Penyengat yang kemudian setelah beliau wafat terkenal dengan nama KUTUB KHANAH MARHUM. Buku-buku perpustakaan itu dahulu ditaksir harganya tidak kurang dari SEPULUH RIBU RUPIAH. Sisa-sisa kitab perpustakaan ini masih ada dalam mesjid Pulau Penyengat sekarang ini. (Riau Sebagai Pusat Bahasa dan Kebudayaan Melayu, UU Hamidy)
Check Also
Apa Peninggalan Tuanku Tambusai untuk Zuriatnya?
Pandangan hidup yang membentuk sikap seperti itu (menegakkan kebenaran yang semata-mata hanya dari Allah) telah …