Bilik Kreatif ditaja tahun 1980. Karena kegiatan bilik ini tentang sastra dan ilmu-ilmu sosial, maka nama lengkapnya adalah Bilik Kreatif Sastra dan Ilmu Sosial (sastra dan sains sosial). Pada mulanya, gagasan ini hendak memakai kata ‘’lasak’’ dalam Bahasa Melayu. Tetapi mengingat pentingnya ide ini agar pesannya sampai dengan cepat, dipakailah kata ‘’kreatif’’ yang sudah begitu dikenal dalam Bahasa Indonesia serta dunia Melayu.
Bilik Kreatif mula-mula mengambil tempat pada lantai satu Rektorat Universitas Riau Jalan Pattimura, Pekanbaru, berseberangan di bawahnya dengan kantor redaksi koran kampus Bahana MahasiswaUniversitas Riau. Keadaan ini membuat interaksi antara Bilik Kreatif dengan Bahana Mahasiswa dapat berlaku dengan mudah, sehingga keduanya sama-sama memacu kegiatan kreatif.
Bilik Kreatif punya 5 kegiatan:
1. Menulis tentang sastra dan ilmu sosial dunia Melayu. Ini kegiatan rutin. Tulisan yang bertajuk “Riau sebagai Pusat Bahasa dan Budaya Melayu”, setelah jadi kertas utama dalam “Malam Hoppla” telah menjadi judul buku Riau sebagai Pusat Bahasa dan Budaya Melayuditerbitkan pertama kali oleh Bumi Pustaka Pekanbaru, 1981. Setelah buku ini diterbitkan sampai 4 kali cetak, maka 20 tahun kemudian telah membangkitkan gagasan Visi Riau 2020 Pusat Budaya Melayu.
2. Mempersiapkan berbagai perbincangan budaya Melayu, seperti Sidang Sastra Pekanbaru ‘81, Diskusi Pengajaran Bahasa dan Sastra 1985, Simposium Sastra Singapura-Riau 1986 dan Pertemuan Budaya Penulis Riau dengan Persatuan Penulis Johor 1987.
3. Tempat diskusi kecil para penulis Riau maupun para tamu yang datang ke Riau. Muhammad Haji Salleh, sastrawan negara Malaysia yang terpandang pernah berbincang di bilik ini. Sedangkan sastrawan Riau seperti Idrus Tintin, Ediruslan Pe Amanriza, Ibrahim Sattah, BM Syam dan Hasan Junus serta Muchtar Ahmad, bahkan penulis muda 1980-an seperti Fakhrunnas MA Jabbar, Husnu Abadi dengan leluasa dapat datang sambil berbincang di bilik ini.
4. Melayani tamu seperti wartawan dan mahasiswa yang memerlukan sebagai narasumber tentang budaya Melayu di Riau.
5. Melakukan surat-menyurat mengenai bahasa dan budaya Melayu dengan berbagai lembaga dalam bidang sastra dan ilmu-ilmu sosial seperti Lembaga Studi Pedesaan dan Kebudayaan (LSPK) Universitas Gadjah Mada, Pusat Bahasa dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Jakarta dan Dewan Bahasa dan Pustaka serta Gabungan Penulis Nasional (Gapena) di Malaysia yang pernah dipimpin oleh Ismail Hussein.
Karya tulis di Bilik Kreatif sebagian besar telah diterbitkan dalam bentuk buku. Tetapi biasanya tulisan itu lebih dulu dimuat pada media cetak seperti majalah sastra Horison, majalah Panji Masyarakat, majalahAnalisis Kebudayaan dan Interaksi (majalah kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan) di Jakarta. Di samping itu juga diterbitkan di majalah Canang, majalah sastra Sagang dan surat kabar Riau Pos di Pekanbaru serta majalah Sinar Darussalam yang diterbitkan oleh Universitas Syiah Kuala di Banda Aceh.
Mula-mula buku-buku Bilik Kreatif diterbitkan oleh penerbit Bumi Pustaka yang dipimpin oleh Ibrahim Sattah. Kemudian oleh Unri Press, Unilak Press dan UIR Press. Juga oleh Pustaka AS, Pustaka Payung Sekaki dan Yayasan Zamrad. Pada tahun 1990 Bilik Kreatif pindah ke rumah pribadi UU Hamidy. Mulai tahun 2003, Bilik Kreatif bertindak pula sebagai penerbit.
Seiring maraknya penggunaan internet, pada tahun 2013 Bilik Kreatif juga hadir dalam bentuk blog. Di media sosial, Bilik Kreatif juga hadir dalam bentuk laman di Facebook. Blog dan Facebook ini memuat berbagai informasi tentang buku-buku terbitan Bilik Kreatif, kutipan-kutipan bernas dari buku-buku yang diterbitkan oleh Bilik Kreatif serta buah pikiran dalam bentuk esai budaya maupun opini. Umumnya, esai budaya dan opini ini telah diterbitkan di berbagai media cetak seperti surat kabar Riau Pos di Pekanbaru, serta koran Serambi dan Harian Aceh di Banda Aceh.
Rangkaian tulisan Bilik Kreatif dapat tergambar dalam senarai karya UU Hamidy…