Home / Jenawi / Pemimpin Tidak Disebut Penguasa, Tetapi Orang Patut

Pemimpin Tidak Disebut Penguasa, Tetapi Orang Patut

Karena itulah dalam masyarakat Melayu di Riau, ulama cenderung LEBIH DIHORMATI daripada para pengendali pemerintahan, sekurang-kurangnya dalam masyarakat pedesaan. Ada pertanda KUAT dalam masyarakat ini menuntut sekedar PENGAMALAN AGAMA (dan ilmunya) sebagai syarat bagi calon PEMIMPIN. Pemimpin yang MENGABAIKAN nilai-nilai agama dalam tindak perbuatannya, akan KEHILANGAN ESENSI kepemimpinannya. Tekanan yang kuat terhadap nilai dan KEBERSIHAN RUHANI, telah menyebabkan orang Melayu di rantau ini TIDAK memakai istilah PENGUASA terhadap pemimpinnya, tetapi ialah istilah ORANG PATUT. Dengan istilah yang terakhir ini seseorang diharapkan telah duduk pada suatu tempat yang dia MEMANG LAYAK (patut) berdasarkan kemampuan nilai-nilai yang disandangnya… (Sikap dan Pandangan Hidup Ulama di Riau, UU Hamidy)

Check Also

Apa Peninggalan Tuanku Tambusai untuk Zuriatnya?

Pandangan hidup yang membentuk sikap seperti itu (menegakkan kebenaran yang semata-mata hanya dari Allah) telah …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *