Banyak orang menyangka, akal pikirannya telah membuat dia lebih mulia dari binatang. Mereka lalai, tidak memperhatikan bagaimana akal pikiran yang digunakan manusia telah melahirkan perbuatan dan karya budaya jauh lebih berbahaya daripada tingkahlaku binatang.
Manusia sebenarnya baru dapat menjadi makhluk mulia jika dia melaksanakan perintah Tuhan dalam mempergunakan panca indera dan potensi budayanya. Jika wahyu Tuhan diabaikan, manusia justru dengan perilaku budayanya semakin jahat, sehingga martabatnya berada di bawah binatang. Tingkahlaku umat manusia sekarang ini sebagian besar hanya untuk mencari keuntungan ekonomi atau harta benda, kekuasaan untuk kesombongan, serta memuaskan hawa nafsu dengan harta dan kekuasaan itu dengan mempergunakan ilmu dan teknologi yang dibuatnya.
Ada orang yang ingin kaya meskipun tidak punya ilmu dan teknologi. Banyak yang ingin kaya raya dengan memakai ilmu dan teknologi yang dikuasainya, meskipun martabatnya hina dan akhlaknya rusak oleh kekayaan dan ipteknya itu. Hanya sedikit sekali yang ingin kaya di dunia oleh ilmu dan teknologi, sedangkan harga dirinya tetap mulia baik di mata manusia dan lebih-lebih di hadapan Tuhan.
Umat manusia abad ini kebanyakan hanya memperhitungkan kehidupan dunia semata. Hampir tak ada ingatan untuk kehidupan sesudah mati. Padahal bagi umat manusia, masa depan yang hakiki adalah kehidupan sesudah mati. Inilah beda hidup manusia yang mendasar dengan binatang.
Manusia yang tidak memperhitungkan wahyu Tuhan dalam tingkah dan perbuatannya, malah tidak hanya kehilangan harga diri, tapi juga membawa bencana kepada semua makhluk hidup. Sebab itu, manusia sebenarnya tidak bisa lepas dari kendali kekuasaan Tuhan. Jika tidak dipandu wahyu Tuhan, manusia akan selalu cenderung melampaui batas. Perbuatan melampaui batas haruslah disadari sebagai perbuatan konyol. Sebab, berarti menghancurkan diri sendiri.
Buku dengan pengantar oleh Muchtar Ahmad ini telah dicetak empat kali yakni pada tahun 1989; cetakan II 1992; cetakan III 1997 dan cetakan IV 2002.