Home / Bunga Rampai / Mengajar Bahasa Indonesia untuk Nyonya Tionghoa, Oleh: Purnimasari
Foto: alphatrad.net

Mengajar Bahasa Indonesia untuk Nyonya Tionghoa, Oleh: Purnimasari

Pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) tahun 1965 telah menjadi semacam berkah di balik musibah bagi UU Hamidy. Ketika itu, orang Tionghoa termasuk yang banyak dicurigai sehingga sedikit banyak mereka pun merasa tidak tentram. Mereka berusaha agar lidahnya dalam berbahasa Indonesia tidak lagi terkesan sebagai lidah orang Tionghoa. Aksen pengucapan yang masih cukup kentara rasa Tionghoanya, mereka coba perbaiki.

Untuk menghilangkan rasa keterasingan dari masyarakat karena aksen dan pengucapannya, banyak orang Tionghoa terutama nyonya rumahtangga yang tertarik belajar bahasa Indonesia. Ketika itu, UU Hamidy adalah asisten dosen luar biasa pengajar bahasa Indonesia pada Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Malang. Isteri salah seorang pengurus Yayasan Beasiswa Bakti di Malang, Nyonya Njoo Kiem Liem, memberitahukan kepada teman-temannya yakni nyonya-nyonya Tionghoa untuk belajar bahasa Indonesia pada UU Hamidy.

Maka mulailah UU Hamidy memberikan kursus singkat bahasa Indonesia kepada para nyonya Tionghoa. Mereka rupanya memang masih totok benar aksen Tionghoanya. Ketika itu, orang-orang kaya China di Malang kebanyakan tinggal di Jalan Idjen Raya.

UU Hamidy mengajarkan keterampilan berbahasa Indonesia dengan cara langsung mempraktekkannya. Para nyonya itu misalnya, diminta membayangkan bagaimana jika dia sedang ke pasar atau toko. Dialog apa yang akan dia ucapkan? Jadi, para nyonya itu diminta langsung berbicara dan langsung dikoreksi oleh UU Hamidy.

Oleh UU Hamidy, pengunaan kata “kita orang” yang kerap dipakai oleh orang Tionghoa diganti dengan kata “saya” atau “aku”. Pemakaian kata “kasih” juga diganti dengan kata “beri”. Para nyonya Tionghoa itu juga disarankan membaca buku-buku serta majalah yang bagus bahasa Indonesianya.

Maka benarlah kata Raja Ali Haji dalam “Gurindam Duabelas”-nya bahwa “Jika hendak mengenal orang berbangsa, Lihat kepada budi dan bahasa.***

Check Also

Spesialis Pemeran Pengganti, Oleh : Purnimasari

Adakah yang punya Ayah yang enggan pergi ke undangan (majelis nikah kawin, aqiqah, sunat rasul, …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *