Jika ada hewan yang paling seksi, mungkin tabuhan adalah salah satu di antaranya. Dengan pinggang ramping yang mengecil indah bak biola di tengah tubuhnya, serangga terbang menyengat bergenus Vespa ini cukup unik. Beberapa spesies memiliki warna yang indah dan sangat kontras karena perut yang memiliki belang-belang kuning dan hitam.
Dalam dunia Melayu, tabuhan adalah satu binatang yang digunakan dalam membuat perumpamaan. Orang Melayu memang cukup hati-hati menjaga perasaan ketika bercakap-cakap atau berkomunikasi. Sikap dan tindakan itu telah ujud karena mereka mendapat bimbingan budi pekerti dari agama Islam yang menjunjung tinggi akhlak mulia. Karena itulah tradisi Melayu sudah berpantang untuk mencarut, menyebut nama alat kelamin. Bahkan untuk kepentingan pendidikan, nama alat kelamin diganti dengan kata lain. Begitulah keadaan bahasa yang melambangkan budi pekerti itu sudah tersimpul dalam bidal ‘’manusia tahan kias, binatang tahan palu’’.
Maka pada dasarnya orang Melayu sudah berpikir secara metaforik. Yakni menyampaikan logika pikirannya dengan mempergunakan lambang dan kiasan. Pemahaman bahasa yang demikian memerlukan tingkat kecerdasan yang tinggi sebagaimana tergambar orang Melayu punya warisan yang cukup bagus dalam membuat karangan.
Ketika ada suatu bencana yang bisa melibatkan sejumlah orang, maka orang Melayu tidak akan menguraikannya secara verbal, menunjukkan satu demi satu pihak yang terlibat atau terkena bencana. Ini sekali lagi harus dikembalikan kepada Islam yang mereka anut agar tidak jatuh kepada pergunjingan yang akan membakar semua amal saleh. Orang Melayu mau mengungkapkan bencana yang melibatkan orang banyak itu dengan maksud untuk memberikan pelajaran dan renungan tentang makna kehidupan. Karena itulah suatu bencana yang menimpa sejumlah orang mereka kiaskan dengan ‘’memukul sarang tabuhan’’.
Orang Melayu sudah membedakan tabuhan dengan lebah. Sementara bahasa yang lain sering mengacaukannya. Tabuhan bukan lebah. Mirip semut, tapi bukan semut. Bahkan, selain lebah dan tabuhan, ada pula hewan yang bernama penyengat. Ia lebih kecil dari tabuhan, tapi pedih sengatannya. Maka yang membahayakan ialah tabuhan, bukan lebah. Meskipun jika lebah diganggu sarangnya, juga menyerang kepada yang menganggu. Dipakai lambang ‘’memukul sarang tabuhan’’ karena tabuhan itu memang mendatangkan bencana. Tidak seperti lebah yang memberikan madu yang paling berharga pada manusia.
Tabuhan umumnya hidup berkoloni dalam sarang besar ataupun kecil. Sarang ini memiliki struktur yang rumit, sangat kuat, mampu menahan angin dan hujan bahkan sampai berumur 25 tahun. Serangga ini sangat pandai terbang dan dapat melakukan berbagai manuver, termasuk terbang mundur. Mereka adalah pemburu yang terampil sekaligus ganas. Pasukan ‘’samurai terbang’’ ini juga petarung tangguh yang tak kenal ampun dan belas kasihan. Tidak ada kasta prajurit dalam koloni mereka.
Tabuhan yang punya sarang besar itulah yang dipandang sebagai sumber bencana. Sewaktu sarang itu tidak diganggu, tidak dipukul, maka orang kan tidak dapat bencana atau orang tidak mengetahui ada bencana. Tetapi, setelah sarang tabuhan dipukul, maka pihak yang memukul segera mendapat bencana dari tabuhan itu. Ini melambangkan kalau ada satu perkara besar lalu kemudian tiba-tiba terbuka dengan tidak disangka-sangka dan melibatkan sejumlah orang dalam perkara itu maka dikiaskan dengan ‘’memukul sarang tabuhan’’. Senjata rahasia tabuhan bernama ovipositor. ‘’Jarum’’ beracun ini hadir dalam ujud sengatan yang kuat, bahkan bisa mengebor kayu. Bentuknya tidak bergerigi sehingga bisa dipakai berulang-ulang dan menimbulkan efek seperti ditusuk paku panas.
Memukul sarang tabuhan bisa terjadi paling kurang oleh dua kemungkinan. Yang pertama, orang yang memang jahat melakukan perbuatan itu sehingga akhirnya setelah dia disengat tabuhan sehingga tahulah orang bahwa dia seorang penjahat. Yang kedua, bisa juga terjadi ada orang lain melihat satu atau beberapa orang penjahat lalu dia mau mencederai penjahat ini. Maka ketika kelompok penjahat itu di dekat sarang tabuhan, sarang tabuhan itu dilempar oleh orang asing itu. Kemudian kawanan tabuhan itu mengeroyok semua penjahat itu. Lalu terbukalah sekarang topeng mereka yang berlagak sebagai orang baik-baik selama ini karena mukanya sudah pada lebam karena digigit tabuhan.
Di kehidupan nyata, tabuhan adalah predator alami bagi semua jenis ulat. Binatang ini sangat dibenci kupu-kupu. Sebagian besar mereka hidup sebagai parasit dengan menaruh telurnya di tubuh hewan lain. Larva itu kemudian akan memakan daging mangsanya dari dalam secara diam-diam. Dengan kecerdikannya, induk tabuhan suka diam-diam menyengat ulat atau bayi kupu-kupu sambil menaruh telurnya. Ulat tidak pernah tahu ada telur tabuhan di dalam tubuhnya. Padahal, ada ulat di dalam ulat. Ulat tabuhan memakan semua makanan di dalam perut ulat kupu-kupu tanpa menyebabkan kupu-kupu mati. Begitu ulat tabuhan siap jadi kepompong, barulah perut ulat kupu-kupu dikoyak hingga mati.
Tetapi, niscaya tiada makhluk yang tak punya guna. Bagi petani, tabuhan adalah sahabat yang baik untuk mengendalikan hama dan ulat yang mengganggu tanaman. Keberadaannya penting bagi ekosistem. Selain pembasmi hama ramah lingkungan, tabuhan juga berperan dalam proses penyerbukan sehingga ikut membantu perkembangbiakan tanaman.
Dalam alam kejahatan seperti korupsi, kita memerlukan orang-orang yang berperan seperti dalam dunia tabuhan. Kita memerlukan para peniup peluit, yakni para whistle blower yang berani melempar sarang tabuhan sehingga kejahatan itu dapat diungkap. Kita juga memerlukan tabuhan seperti KPK untuk bisa menangkap pelaku rasuah. Tapi, kita tentu mau tabuhan yang sangat ganas. Yang bisanya tak hanya mampu membuat badan sembab lebam karena disengat, tapi juga memiliki racun hebat yang dapat membuat pelaku maksiat jera dan insyaf untuk kembali kepada jalan yang benar. Racun yang demikian adalah racun dari Pencipta tabuhan itu sendiri, yakni hukum Allah Yang Maha Mengatur lagi Maha Bijaksana.***