Home / Buah Pikiran UU Hamidy / Bahasa dan Sastra / Surat-surat UU Hamidy kepada TA Sakti di Aceh (4)
Foto: rentusmailbox.com

Surat-surat UU Hamidy kepada TA Sakti di Aceh (4)

Pekanbaru, 23 Maret 1989

Bung TA Sakti yang punya denyut hidup,

Saya gembira sekali setelah menerima surat Bung, yang memberitahukan bahwa Anda dewasa ini telah bermukim di Aceh. Betapa tidak demikian, sebab dalam diri Bung saya melihat bayangan, betapa suatu semangat yang islami bersinar terus dalam dada Anda.

Sinar itu merupakan berbagai pancaran semangat, yang satu di antaranya adalah suatu kerinduan terhadap beberapa yang bernas dalam masa silam–suatu rekaan budaya para perancang masa silam yang punya kehalusan pandangan batin. Anda seakan pernah mendengar ucapan Amir Hamzah–budak Melayu dari tanah Langkat itu–‘’dalam beberapa hal, yang silam tetap berharga’’.

Kehadiran Anda Bung Sakti, semoga menjadi sesuatu penampilan gerak hidup. Sebab kata Muhammad Iqbal: ”Hidup berarti menampakkan diri, hidup ialah kemauan untuk membuktikan diri ada”. Dan satu di antara bukti diri itu ada ialah ujudnya karya seseorang. Karya itulah bukti kehadiran orang di muka Bumi ini. Sebab itu Islam hampir tak mungkin menerima seorang muslim tanpa karya.

Saya seakan melihat semangat saya juga mengalir dalam diri Anda, bagaikan Nasser melihat semangat jiwanya dalam tubuh Moamar Khadafi. Betapa tidak, Anda dan saya sama-sama punya kerinduan kepada tradisi islami yang pernah dilarutkan oleh para ulama, pengarang dan pemikir Islam masa silam.

Saya rasanya telah mencoba membuat beberapa tempat bertumpu bagi kelanjutan kajian Islam dan budaya dalam masyarakat Aceh, yang hasil-hasilnya bisa menjadi kilat cermin bagi kehidupan hari ini, terutama rakyat Aceh khasnya, dan kaum muslimin umumnya. Untuk mendorong kajian Islamik bagi masyarakat Aceh saya telah menulis:

1. Anzib Lamnyong: Gudang Sastra Aceh, diterbitkan oleh Pusat Latihan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Aceh, Darussalam 1974.
2. ’’Peranan Cerita Rakyat dalam Masyarakat Aceh’’, dimuat dalam kitab Segi Segi Sosial Masyarakat Aceh, Alfian (ed) LP3ES, Jakarta 1977.
3. ‘’Islamisasi dalam Hikayat Aceh’’, kertas saya untuk Seminar Aceh dalam Seminar Kongres HIPIS I, Oktober 1975 di Bukittinggi.
4. ‘’Kebijaksanaan Mempergunakan Hikayat dalam Masuknya Islam di Aceh’’, makalah untuk seminar ‘’Masuknya Islam di Aceh dan Nusantara’’ di Perlak Aceh Timur (Februari?) 1982, yang kemudian dibukukan dengan judul Masuknya Islam di Aceh dan Nusantara, dengan A Hasjmy (ed) terbitan Al Maarif, Bandung 1985.

Saya ingin sekali tumbuh suatu semangat dalam kalangan putra-putra Aceh yang telah berpendidikan tinggi, agar menjadikan kajian Aceh dan agama Islam, sebagai suatu strategi dari pada dakwah Islam. Sebab strategi ini pulalah yang pada hakikatnya saya lakukan di Riau. Dalam hal ini, Bung TA Sakti, niscaya akan menjadi seorang yang potensial.

Saya dalam batas-batas tertentu–kelemahan dan kekurangan saya–insya Allah akan Anda lihat sebagai orang yang menyokong kajian itu, sebab kajian Aceh dalam pandangan saya adalah kajian yang islami, sehingga akan selalu condong kepada kebenaran yang lurus itu.

Tahun 1987 yang lalu, saya diundang oleh Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara (USU) untuk membawakan seminar tentang sastra Melayu. Dari kertas yang saya hidangkan, mulai timbul kembali semangat beberapa budak Melayu di Sumut untuk melakukan kajian sastra budaya dan masyarakat Melayu di sana. Tapi, bisa saja semangat itu sepi kembali, jika tidak ada keberanian untuk berbuat.

Saya menambah semangat Anda TA Sakti dari belahan Riau. Cobalah tampil menampakkan diri, agar kita punya keberadaan.

Wassalam

UU Hamidy

Check Also

Kadar Islam dalam Tafsir Antropologis Nama Pesukuan di Siberakun Kuantan Singingi, Oleh : UU Hamidy

Allah yang Maha Esa Maha Kuasa menciptakan apapun saja yang Dia kehendaki, sehingga Allah menjadi …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *