Home / Buah Pikiran UU Hamidy / Bahasa dan Sastra / Lontaran Ide dan Gagasan (Bagian 2), Oleh: UU Hamidy
Foto: Shutterstock.com

Lontaran Ide dan Gagasan (Bagian 2), Oleh: UU Hamidy

Pada pusaran wilayah Melayu Selat Melaka itulah Riau telah memainkan peranan dalam jagad Melayu paling kurang sejak abad ke-19 sebagai pusat bahasa dan budaya Melayu serta pengembangan agama Islam

(Jagad Melayu dalam Lintasan Budaya di Riau)

Dengan bingkai budaya Melayu yang terpelihara di rantau Selat Melaka, penduduk kawasan itu mendapat peluang melakukan kerjasama dengan semangat budaya serantau, membangun martabat umat manusia

(Jagad Melayu dalam Lintasan Budaya di Riau)

Bagaimana Riau dengan penduduk tradisional Melayu telah menarah budaya Melayu memang layak disingkapkan. Perkara ini, pertama untuk tidak menafikan sejarah, sehingga bisa terjadi hilang jasa kapak oleh jasa ketam

(Jagad Melayu dalam Lintasan Budaya di Riau)

Sutardji Calzoum Bachri yang telah menyegarkan kembali perpuisian Indonesia dengan pola mantera mendapat perhatian yang khas. Demikian juga dengan kepenyairan Ibrahim Sattah

(Tradisi Kepenyairan di Indonesia)

Buku ini mencoba memperlihatkan pola-pola perpuisian di Indonesia. Mulai dari pola pantun, syair dan puisi bebas sampai kepada pola mantera. Sejumlah puisi dan penyair telah diperhatikan dan direkam. Bertolak dari Raja Ali Haji, Hamzah Fansuri, Rustam Effendi, Sutan Takdir Alisjahbana, Amir Hamzah terus kepada Chairil Anwar dan para penerusnya, sampai pada Sutardji Calzoum Bachri dan Ibrahim Sattah

(Tradisi Kepenyairan di Indonesia)

Dua penyair besar Indonesia mendekati setengah abad yang silam, Amir Hamzah Raja Penyair Pujangga Baru dan ‘’binatang jalang’’ sang Vitalitas Sastrawan Angkatan 45 Chairil Anwar, melengkapi pembicaraan, sehingga makin jelaslah wajah perpuisian Indonesia selama ini

(Tradisi Kepenyairan di Indonesia)

Bagaimanapun manusia mencapai keberhasilan dengan kekuasaan, ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni, tetapi semuanya menjadi goyah setelah berada di hadapan maut

(Kerukunan Hidup Beragama di Daerah Riau)

Ajal ternyata tidak ditentukan oleh masa dan tak terpengaruh oleh milik duniawi. Di depan ajal, segala perbendaharaan dunia menjadi apalah artinya…

(Kerukunan Hidup Beragama di Daerah Riau)

Untuk menghadapi ajal, tak ada kubu yang paling aman selain agama. Hanya dengan agama seseorang bisa tenang menanti kedatangan maut. Sebab itu agama menjadi dimensi kehidupan yang terdalam

(Kerukunan Hidup Beragama di Daerah Riau)

Tanpa agama, semua ketentraman adalah kesementaraan. Dengan agamalah orang merasa sanggup mencapai kebahagiaan. Jika tidak di dunia, masih ada harapan di sisi Tuhannya

(Kerukunan Hidup Beragama di Daerah Riau)

Perjalanan hidup telah terjadi bagaikan jejak langkah. Jejak dan langkah kehidupan telah membekas pada alam. Bekas kehidupan itu disebut kebudayaan. Sebab itu, jika hendak mengetahui kebudayaan suatu puak atau bangsa, lihatlah bekas kehidupan mereka pada alam

(Kamus Antropologi Dialek Melayu Rantau Kuantan)

Membaca Alqur’an benar-benar dapat memberi sentuhan ruhani yang mendalam. Betapa tidak, Qur’an sebagai mukjizat Nabi Muhammad Saw yang terbesar, juga dapat memberikan semangat qur’ani terhadap pembacanya

(Rahasia Penciptaan)

Jika Allah tidak dikenal, hidup tidak punya arti. Hanya dengan mengenal dan menyembah Allah, hidup manusia mempunyai makna

(Rahasia Penciptaan)

Merenungkan makna Alqur’an dapat membimbing kita untuk menyadari siapa kita yang sebenarnya. Kita diciptakan sebagai hamba Allah. Maka, seyogianya hiduplah kita sebagai hamba seraya sujud dan bertasbih memuji-Nya

(Rahasia Penciptaan)

Memperhatikan diri dan memandang dunia dengan berlebihan, hanya membuat sang hamba semakin lalai mengingat Tuhannya. Padahal sang diri harus memperlakukan dunia sebagai batu asah, agar dapat memiliki hati yang jernih yang akan menjadi rumah Tuhan

(Rahasia Penciptaan)

Islam sudah begitu lama dikenal dan dianut oleh orang Melayu di Riau. Agama ini sudah menjadi pegangan hidup bagi tiap insan serta jadi panduan hukum oleh kerajaan. Sistem nilai yang diamalkan sebelumnya dalam bentuk adat dan tradisi, telah disepuh dan ditapis oleh Islam, sehingga kata Melayu hampir identik dengan Islam

(Islam dan Masyarakat Melayu di Riau)

Islam telah pernah memberi jaminan dan semangat untuk meneroka suatu kehidupan yang layak dan bermartabat. Tapi oleh berbagai cobaan dan kesilapan orang Melayu membaca perkembangan zaman, keagungan Islam juga mendapat pasang surut dalam rentangan kehidupan mereka

(Islam dan Masyarakat Melayu di Riau)

Mungkin banyak orang yang tidak mengetahui bahwa dalam kehidupan masyarakat terasing, sebenarnya simbol-simbol Islam seperti Allah, Adam dan Muhammad telah larut dalam adat dan tradisi mereka. Sebagian di antara mereka boleh dikatakan memeluk Islam dalam tingkat syahadat minus syariat. Sebagian lagi malah ada yang telah mencapai gelar khalifah dalam ajaran tarekat

(Pengislaman Masyarakat Sakai)

Masyarakat adat dalam arti masyarakat yang tersusun berdasarkan norma-norma adat, memang layak diketengahkan. Sebab pada dasarnya, norma-norma adat itulah pada awalnya yang telah membentuk berbagai suku dan etnis. Sayangnya, setelah kemerdekaan dengan berlakunya norma-norma buatan negara, norma adat tersingkir begitu saja. Akibatnya, masyarakat adat goyah dan kehilangan potensinya

(Masyarakat Adat Kuantan Singingi)

Kekayaan bangsa dan negara ini yang terdapat pada berbagai suku dan daerah, tidaklah layak dijadikan padang perburuan oleh pihak yang berkuasa, yang kuat, yang kaya, yang cerdik dan yang serakah. Jika inilah yang akan diamalkan, maka sejumlah masyarakat adat, tidak akan punya masa depan di republik ini

(Masyarakat Adat Kuantan Singingi)

Masyarakat adat heran, bagaimana negara tidak melindungi dan memelihara hak mereka atas hutan tanah serta hak mereka untuk memelihara nilai-nilai adatnya. Jika ini tidak mendapat perhatian yang memadai, maka akan semakin banyak menimbulkan ketegangan sosial, yang pada puncanya menimbulkan disintegrasi bangsa

(Masyarakat Adat Kuantan Singingi)

Sastra Melayu paling kurang dikesan dengan dua wajah. Ada yang mengesannya dengan Animisme-Hinduisme, ada pula yang melihatnya sebagai pancaran sastra Islam. Adanya pembayangan Animisme Hinduisme tidaklah dinafikan, sebab unsur itu memang pernah menjadi semangat sastra Melayu

(Estetika Melayu di Tengah Hamparan Estetika Islam)

Tapi kegelisahan dalam pencarian selanjutnya membuat cita dan ruh Islam lebih dominan dalam penampilan sastra Melayu. Ini terjadi karena puak Melayu mengubah jalan hidupnya, dari simpang Animisme-Hinduime kepada Islam yang memberikan jalan lurus menuju Allah

(Estetika Melayu di Tengah Hamparan Estetika Islam)

Realitas kehidupan manusia mencari nilai. Ini suatu hal yang tiada diragukan, karena tiap orang atau masyarakat ingin punya nilai dalam hidupnya. Tetapi nilai apakah yang mereka cari? Nilai berkelindan dengan segala aspek kehidupan

(Nilai Suatu Kajian Awal)

Kajian terhadap masyarakat terasing, meskipun mendapat perhatian dari beberapa kalangan, namun yang menarik terhadap mereka seringkali hanyalah hal-hal yang dipandang aneh, yang tidak sama dengan yang ada di pihak kita. Oleh sebab itu, deskripsi kehidupan mereka sebagian besar hanyalah semacam gambaran ketercengangan belaka. Padahal kita perlu tahu apa yang terjadi dalam kehidupan mereka, dalam perubahan ruang dan waktu

(Masyarakat Terasing Daerah Riau di Gerbang Abad XXI)

Kedengarannya, kata demokrasi itu amat mengagumkan. Sebab, secara etimologi berarti pemerintahan atau kekuasaan yang berada di tangan rakyat. Tetapi, karena demokrasi bersandar pada kapitalisme dan sekulerisme, maka tingkahlakunya berubah menjadi siasat tipu daya, sehingga wajahnya jadi munafik

(Demokrasi Direbut Pemimpin Belalang)

Kategori pemimpin dalam alam demokrasi sekuler, hanya berpijak pada satu ketentuan suara terbanyak. Sedangkan suara terbanyak terbukti dapat diperoleh dengan jalan culas, licik lagi munafik

(Demokrasi Direbut Pemimpin Belalang)

Sungguhpun demikian, jika kita jujur membaca jalan sejarah, kita akan mendapatkan pemimpin dunia yang bagaikan elang. Mereka adalah para Khalifah Islamiyah yang memegang teraju kekuasaan atas dasar syariat Islam

(Demokrasi Direbut Pemimpin Belalang)

Pemilihan pemimpin dengan sistem demokrasi sekuler tidak akan mampu menampilkan seorang pemegang teraju kekuasaan yang tangguh bagaikan elang

(Demokrasi Direbut Pemimpin Belalang)

Satu di antara keistimewaan gaya bahasa Alqur’an kitab semesta alam ialah penampilan pesannya melalui perumpamaan. Perumpamaannya sanggam lagi mengena sehingga sekaligus memancarkan keindahan dengan makna yang dalam

(Demokrasi Direbut Pemimpin Belalang)

Dalam hidup yang singkat ini, yang hanya bagaikan berteduh sejenak di bawah pohon, dalam perjalanan yang panjang menuju hadirat Ilahi, manusia diuji oleh Yang Maha Bijaksana dengan bunga-bunga kehidupan dunia

(Demokrasi Direbut Pemimpin Belalang)

Menolak Alqur’an dan Sunnah sebagai pedoman hidup dan meremehkan Nabi Muhammad Saw jadi suri tauladan, bermuara pada menafikan syariat Islam untuk mengatur kehidupan, telah mendatangkan bencana pada umat manusia

(Demokrasi Direbut Pemimpin Belalang)

Novel Bulang Cahaya dapat memberikan bayangan dunia Melayu dalam berbagai sudut. Kita dapat mengesan bagaimana dunia dalam Kerajaan Melayu dengan intrik-intrik kekuasaannya, suasana perkampungan Melayu, perangai puak Melayu yang memeluk Islam serta tindakan budayanya. Kita seakan melihat orang Melayu dalam bingkai kehidupannya

(Dunia Melayu dalam Novel Bulang Cahaya dan Kumpulan Sajak Tempuling karya Rida K Liamsi)

Begitu pula dengan kumpulan sajak Tempuling. Rida menampilkan orang Melayu dengan budaya perairannya. Tempuling adalah alat penangkap ikan yang cukup unik, sehingga dipakai Rida untuk metafor puisi yang indah

(Dunia Melayu dalam Novel Bulang Cahaya dan Kumpulan Sajak Tempuling karya Rida K Liamsi)

Kehidupan memberi tanda manusia bernasib malang karena lebih mementingkan budaya daripada agama. Ini terjadi karena godaan dunia terhadap hawa nafsu begitu besar. Manusia yang semula lahir dalam keadaan fitrah, kemudian tergelincir karena lebih mengutamakan akalnya daripada wahyu Allah Yang Maha Bijaksana. Dia jatuh pada maksiat karena akalnya dikalahkan lagi oleh nafsunya

(Perangkap Demokrasi dan Bunga Kehidupan)

Check Also

Kadar Islam dalam Tafsir Antropologis Nama Pesukuan di Siberakun Kuantan Singingi, Oleh : UU Hamidy

Allah yang Maha Esa Maha Kuasa menciptakan apapun saja yang Dia kehendaki, sehingga Allah menjadi …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *