Allah yang Maha Mengetahui yang punya ilmu meliputi alam semesta telah mengajar manusia menulis dengan pena. Menurunkan agama Islam melalui utusan-Nya yang pilihan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam supaya dapat menempuh kehidupan dunia dengan baik. Hidup dunia dapat ditempuh dengan aqidah yang kokoh pakai syariat Islam yang membedakan haq-bathil, halal-haram, serta dosa-pahala untuk panduan dalam berkata, berbuat, dan bertindak.
Untuk meningkatkan kemampuan menghadapi medan hidup dunia, insan yang bertaqwa itu harus melatih dirinya menghadapi berbagai cabaran dunia dengan kemampuan jasmani dan ruhani yang memadai. Dengan iman yang kokoh dia terlatih berpikir, berbuat, dan bekerja sehingga berbagai perkara hidupnya dapat diselesaikan dengan baik. Dia harus pandai membuat perhitungan terhadap ruang dan waktu agar segala usahanya bernilai bagi kehidupan dunia yang sementara dan yang utama bernilai amal shaleh untuk negeri akhirat. Inilah anak yang akan memberi berkah pada ibu bapanya di dunia dan di akhirat.
Judul tulisan di atas dicuplik dari Gurindam Dua Belas karangan Raja Ali Haji, ulama Melayu yang piawai, penulis yang cemerlang abad ke-19. Baris-baris Gurindam Dua Belas sarat bermuatan dengan nilai-nilai Islam yang terkandung dalam Al-Qur’an dan as-Sunnah. Demikianlah, Raja Ali Haji melihat betapa nilai seorang anak dalam keluarga muslim sebagaimana Lukman Al Hakim menasehati anaknya dalam Al-Qur’an. Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam berpesan agar anak mulai disuruh sholat umur 7 tahun. Kemudian dia dapat dipukul pada umur 10 tahun jika masih lalai dalam mengerjakannya. Sedangkan Nabi Yakub bertanya pada anaknya apa yang akan kalian sembah setelah dia mati.
Ajaran Islam yang terkandung dalam Al-Qur’an dan as-Sunnah menegaskan anak adalah titipan Allah yang Maha Kuasa kepada ibu bapanya. Apakah anak itu akan jadi anak shaleh berbakti kepada ibu bapa atau sebaliknya anak durhaka mendatangkan bencana seperti dikatakan dalam Al-Qur’an sebagai anak yang menjadi musuh terhadap ibu bapanya. Inilah anak yang membuat ibu bapanya letih, mendapat beban bencana dari anaknya. Kewajiban ibu bapa terhadap anaknya tidaklah ringan.
Ibu bapa tidak hanya sebatas memberi anak keperluan bendawi seperti minum makan dan pakaian. Ibu bapa harus mengisi ruhani anaknya dengan agama Islam yakni aqidah, syariah dan akhlak sehingga anak itu dapat tampil dalam hidupnya, beribadah kepada Allah Rabbul Alamiin. Anak itu hendaknya punya tubuh yang sehat serta kemampuan tenaga yang memadai dan hati yang lembut berpijak pada budi bahasa yang mulia. Bila ibu bapa cuai dan lengah memperhatikan dan mengarahkan anak dengan panduan Al-Qur’an dan as-Sunnah maka akan letih oleh kata dan perbuatan anak yang tidak tahu berbakti, tapi malah durhaka. Anak itu tidak mendapat keridhaan Allah sehingga hidupnya tidak akan selamat baik di dunia dan lebih lagi di akhirat. Maka renungkanlah ini wahai ibu bapa yang punya akal budi yang sehat.***