Allah Ta’ala telah mengingatkan lewat Alquran perkataan terbaik membimbing manusia pada jalan yang benar, janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayamu, jangan pula penipu yakni setan memperdayamu dalam mentaati Allah. Allah memberikan tanda-tanda kekuasaan-Nya dalam beberapa perkara. Pertama tentang manusia itu sendiri, Dia ciptakan dari tanah, lalu berkembang-biak. Dia ciptakan isteri untuk berkasih-sayang. Dia ciptakan langit dan bumi serta malam dan siang. Dia ciptakan kilat yang memberi takut dan harapan serta berdirinya langit dan bumi dengan iradat-Nya. Ini semua dapat menjadi tanda-tanda bagi orang yang berpikir yang punya akal sehat, bahwa alam semesta ini berada dalam genggaman Allah Yang Maha Perkasa.
Ilmu untuk mengenal Allah telah sampai kepada manusia dengan turunnya Alquran kepada Nabi Muhammad Saw. Alquran disampaikan Nabi Saw dengan sempurna melalui kata dan perbuatan ke dalam kehidupan para sahabat, sehingga generasi sahabat menjadi umat yang terbaik di dunia. Allah ridha kepada mereka dan mereka ridha pula kepada Allah. Alquran dan as-Sunnah memberikan ilmu yang benar untuk mengenal Allah, tidak ternoda sedikitpun oleh kepercayaan syirik. Karena itu cahaya iman yang dipancarkan oleh Alquran dan Sunnah Nabi Saw akan terang-benderang untuk mengenal Allah dengan memperhatikan alam semesta ini. Semakin banyak pengetahuan manusia tentang alam ini akan semakin mantap akidahnya. Sebab, segala sesuatu yang dapat dijangkau akal pikiran manusia mengenai alam ini akan bermuara kepada pujian terhadap Allah. Segala ciptaan Allah menjadi bukti betapa Allah Maha Kuasa dan Maha Sempurna ilmu-Nya. Semuanya diciptakan dengan tujuan yang benar, tidak ada yang sia-sia dan main-main. Maka orang beriman jadi sadar bahwa dia adalah hamba Allah yang harus taat dan patuh kepada Allah dan Rasul-Nya. Hidupnya harus digunakan untuk beribadah kepada Allah.
Ilmu yang berpangkal kepada tauhid ini akan bertolak belakang dengan ilmu sekuler yakni ilmu yang tidak digunakan untuk mengenal Allah. Ilmu yang tidak bertolak dari cahaya iman hanya sibuk mempelajari gejala dan kenyataan alam. Namun tak pernah merenungkan siapakah yang menciptakan ini semuanya, yang begitu rapi, teratur lagi indah. Masing-masing ilmuwan sekuler meneliti berbagai ciptaan Allah. Ternyata, hasil penelitian mereka hanya menemukan susunan atau bentuk sesuatu serta sifat-sifatnya. Tentang gempa misalnya, diketahuilah bentuk dan sifat lempengan bumi yang bisa patah atau bergeser, sehingga mendatangkan gempa. Terhadap gunung api diketahui bagaimana kerja atau kegiatan dalam perut gunung yang dapat mengeluarkan letusan berupa asap, lava, pasir, batu serta awan panas. Tetapi mengapa ini semua berlaku yang sebenarnya bukti kudrat dan iradat Allah tak pernah dipertanyakan oleh ilmuwan sekuler.
Ini terjadi karena tujuan ilmuwan sekuler memang tidak untuk mengetahui kekuasaan dan kebesaran Allah pada jagad raya ini. Mereka meneliti tidak bertolak dari iman dan takwa kepada Allah, tapi dari keinginan untuk mendapatkan keuntungan materi. Ilmuwan sekuler tidak mempersoalkan mengapa ciptaan Allah itu punya bentuk dan sifat demikian. Apakah ini terjadi dengan sendirinya atau ada kekuasaan yang menciptakannya, tidak menarik bagi mereka untuk diketahui. Ilmuwan sekuler hanya ingin membuat teori. Dari teori dapat dibuat teknologi. Teknologi menghasilkan barang dan jasa. Barang dan jasa mendatangkan uang. Itulah muara ilmuwan sekuler, bukan untuk bertakwa kepada Allah lalu rindu bertemu dengan-Nya mengambil jalan hidup beribadah mengikuti Sunnah Rasul-Nya yang jadi suri tauladan bagi alam semesta.
Kegiatan ilmuwan sekuler sepintas lalu berguna untuk kepentingan hidup dunia. Tetapi karena tujuannya yang bersifat bendawi, maka tetap menyimpang dari jalan Allah. Itulah sebabnya penemuan ilmuwan sekuler dengan mudah diperalat untuk berbuat zalim dan maksiat. Perhatikanlah berbagai teknologi, seperti vaksin palsu yang amat membahayakan kesehatan manusia serta berbagai pembuatan barang haram seperti berjenis narkoba dan minuman keras. Mereka berani melakukan berbagai percobaan rekayasa genetika yang amat membahayakan keberadaan manusia. Malah akhirnya penemuan ilmu dan teknologi ilmuwan sekuler ini dipakai untuk membuat persenjataan untuk memusnahkan umat manusia. Ini berlaku karena ilmuwan sekuler dilindungi oleh jubah demokrasi yang memberi kebebasan individu tanpa perlu merasa terancam oleh siksa Allah, baik di dunia apalagi di akhirat.
Jadi nyatalah kegiatan ilmuwan sekuler dalam alam demokrasi itu hanyalah mendatangkan bencana belaka, baik pada alam dan makhluk hidup dan lebih-lebih terhadap manusia. Keadaan ini hanya dapat ditanggulangi dengan berlakunya Syariah Islam untuk mengatur perbuatan dan kehidupan umat manusia. Dengan Syariah Islam, maka manusia akan berlaku sebagai khalifah atau pemelihara di muka bumi, sehingga tidak akan terjadi perbuatan yang melampaui batas dari ketentuan hukum Allah dan Rasul-nya. Dengan Syariah Islam di bawah seorang imam atau pemimpin yang adil, manusia dapat berharap mendapat rahmat dan kesejahteraan dengan alam yang terpelihara sebagaimana semula jadi.***