Home / Buah Pikiran UU Hamidy / Bahasa dan Sastra / Hasan Junus ‘’Pena yang Tak Kunjung Kering’’ Telah Berangkat Tanpa Beban, Oleh: UU Hamidy
Buku Burung Tiung Seri Gading karya Hasan Junus. Foto: Dokumentasi Bilik Kreatif.

Hasan Junus ‘’Pena yang Tak Kunjung Kering’’ Telah Berangkat Tanpa Beban, Oleh: UU Hamidy

Hasan Junus pengarang Riau yang piawai telah berangkat menghadap Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang pada Sabtu, 31 Maret 2012. Dia telah berangkat dalam keadaan tenang dan damai. Hasan Junus mendapat julukan Pena yang Tak Pernah Kering karena dialah satu-satunya pengarang Riau yang tiada mengenal lelah dalam menulis. Penanya bergerak lebih cepat daripada gerak langkahnya.

Ide kreatifnya selalu berbunga setiap pagi, sehingga dia dengan mudah memetik dan merangkainya menjadi karangan bak rangkaian karangan bunga. Gagasannya merambah dunia Melayu, menyentak rantau dunia Islam sampai pada mancanegara dengan ragam budayanya. Dialah pengarang Riau yang paling luas serta paling tajam aspirasinya dalam berbagai dimensi sastra dan budaya. Dialah pengarang yang mampu memetik segala sari bunga keindahan bahasa Melayu.

Hasan Junus tampil sebagai pengarang yang terpandang di Pekanbaru dalam suatu perhelatan akbar kebudayaan yang bertajuk Sidang Sastra Pekanbaru tahun 1981, yang ditaja oleh Penyair Pucuk Mali-Mali Ibrahim Sattah, melalui Yayasan Puisi Nusantara. Dalam Sidang Sastra Pekanbaru 1981 itu, Hasan Junus berhadapan dan bersanding dengan tokoh besar sastra budaya.

Pertama ialah sastrawan Putu Wijaya dengan isterinya Reni Jayusman dari Jakarta. Yang kedua kritikus sastra yang handal lagi cemerlang Umar Junus dari Universiti Malaya Kuala Lumpur. Kehadiran Hasan Junus sebagai seorang pembicara dalam Sidang Sastra ‘81 itu telah memperlihatkan, bahwa dia adalah penulis yang sedang meniti kebesaran dan kepiawaiannya.

Maka, setelah Hasan Junus menetap di Pekanbaru, denyut darah sastra dan budaya di Riau segera semakin deras. Hasan Junus selalu tampil dalam berbagai kegiatan sastra dan budaya di Riau. Bahkan juga menjadi pembicara yang diperhitungkan dalam setiap Hari Sastra yang diadakan pada berbagai kota di Malaysia, seperti Kuala Lumpur, Johor, Melaka, Perak, Kelantan dan Terengganu. Karangan Hasan, baik yang berupa esai, cerpen maupun drama yang selalu tampil pada beberapa media cetak di Riau, telah memacu semangat pengarang muda di Riau. Tanpa kreativitas Hasan Junus, agaknya tak mungkin lembaran kreativitas sastra dan budaya begitu menjulang di Riau.

Hasan Junus telah mengukuhkan dirinya sebagai seorang tokoh sastra dan budaya dalam belantara dunia Melayu dengan menampilkan sejumlah karyanya dalam berbagai jenis dan bentuk. Cermin kreativitasnya dengan mudah dapat dibaca khalayak melalui rubrik ‘’Rampai’’ dalam surat kabar Riau Pos, yang terbit tiap Ahad. Dalam rubrik ‘’Rampai’’ itu dengan mudah dapat dikenal siapa sebenarnya Hasan Junus, pena yang tak pernah kering ini.

Bahasa dan gaya tulisannya amat indah lagi menarik, sehingga kita suka membaca karangannya beberapa kali. Tak pelak lagi, Hasan Junus-lah yang memberi warna dominan terhadap dunia kreativitas sastra dan budaya di Riau. Dialah yang telah mengasah permata budaya Melayu, sehingga kembali mengkilat dan memancarkan pantulan cahaya.

Melalui tulisan atau karangan Hasan Junus, dapat terangkai tiga gelombang besar semangat budaya di Riau, yakni dari zaman Raja Ali Haji dan Persatuan Pengarang Riau Rusydiah Klab, dirangkai dengan masa kreatif Tuan Guru Abdurrahman Sidik bin Muhammad Apip dan tokoh pengarang detektif lagi jenaka Soeman Hs, bersambung dengan pengarang Riau generasi Idrus Tintin, Ibrahim Sattah, Sutardji Calzoum Bachri, Ediruslan Pe Amanriza, Rida K Liamsi serta Hasan Junus sendiri, lalu bermuaralah pada pengarang muda Riau masa kini yang jumlahnya sungguh banyak sekali. Dalam belantara pengarang Riau sebanyak itu, maka Hasan Junus tak diragukan lagi, adalah satu mutiara di antaranya.

Hasan Junus telah berangkat tanpa beban, menghadap Tuhan Yang Maha Penyayang lagi Maha Pengampun. Dikatakan berangkat tanpa beban, sebab pada bahu Hasan Junus tidak ada sangkutan harta dunia, pangkat serta bunga-bunga kehidupan dunia lainnya. Hasan Junus telah hidup bersih sebagai pengarang. Menulis dengan tulus tanpa tergoda oleh pujian, kesombongan serta selera dunia lainnya. Semoga segala rangkaian kata dari penanya, menjadi amal saleh baginya di sisi Allah Rabbul Alamin. Selamat jalan Hasan… ***

Check Also

Kadar Islam dalam Tafsir Antropologis Nama Pesukuan di Siberakun Kuantan Singingi, Oleh : UU Hamidy

Allah yang Maha Esa Maha Kuasa menciptakan apapun saja yang Dia kehendaki, sehingga Allah menjadi …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *