Allah Subhanahu wata’ala menciptakan manusia dari setetes air yang hina. Kemudian Allah Yang Maha Bijaksana menurunkan perintah dan larangan untuk menguji siapakah yang terbaik amalnya. Perintah dan larangan Allah dalam Alquran benar-benar memberikan jalan kepada manusia untuk menyelesaikan segala perkara hidupnya. Nabi Muhammad Saw benar-benar telah mengajarkan perintah dan larangan Allah kepada para sahabat, sehingga setelah itu para sahabat menjadi umat yang taat dan patuh kepada Allah dan Rasul-Nya dalam segala segi kehidupan, mereka menjadi umat yang terbaik umat di muka bumi.
Kategori perintah dan larangan Allah benar-benar memandu manusia berfikir sehat, sehingga dapat dijadikannya dunia sebagai ladang amal yang kelak akan dituai di akhirat. Segala perintah Allah semuanya mendatangkan kebaikan pada manusia, baik untuk dunianya dan lebih-lebih untuk kehidupan akhirat yang kekal. Begitu pula larangan Allah, ternyata kalau dilanggar, semuanya akan merugikan atau memberi bencana, baik di dunia dan lebih-lebih azab yang pedih di akhirat. Dengan demikian manusia tidak perlu lagi berangan-angan tentang segala sesuatu.
Dengan melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan Allah, maka Allah akan memberi jalan yang lapang kepada manusia untuk menunaikan segala kepentingan hidupnya. Perintah dan larangan Allah menegaskan mana yang hak (benar) dan mana yang batil (tertolak). Yang hak diamalkan sedangkan yang batil ditinggalkan. Begitu pula yang halal diterima sedangkan yang haram ditinggalkan. Akhirnya dari situ akan jelas mana amal yang berpahala yang akan mendapat ganjaran surga serta mana amal atau perbuatan yang mendatangkan dosa yang akan diancam dengan neraka.
Sungguhpun demikian, kebanyakan umat manusia tidak mau bersyukur, tidak mau beriman dan berakidah dengan menyerahkan hidup dan mati hanya kepada Allah. Kebanyakan manusia tidak yakin akan berhasil dengan melaksanakan perintah serta meninggalkan larangan Allah. Kebanyakan manusia di muka bumi telah ditipu demokrasi yang membuat kebenaran ditentukan oleh orang banyak, bukan yang ditentukan oleh kebenaran Allah Yang Maha Bijaksana.
Maka suara terbanyak dipandang benar lalu dibuat jadi pegangan hidup. Demokrasi yang berpegang kepada suara terbanyak membuat manusia jatuh hidup dalam angan-angan. Demokrasi tidak punya hitungan logis. Demokrasi memandang tidak perlu utusan Allah yakni Nabi dan Rasul untuk memberi bimbingan kepada manusia dengan panduan wahyu dari Allah Yang Maha Kuasa. Manusia mustahil akan mendapatkan kebenaran tanpa mendapat hidayah dari Allah, sehingga juga mustahil dapat membuat aturan yang benar untuk mengatur kehidupannya.
Demokrasi hanya melihat fakta di depan panca indra yang berubah oleh sebab-akibat. Demokrasi tak menyadari segala fakta sebab-akibat semuanya berada dalam kekuasaan Allah. Allah dapat saja membuat fakta atau kenyataan dengan tidak berpangkal kepada sebab-akibat. Karena itu, berbagai rencana dan proyek dalam dunia demokrasi hanya berpijak pada perhitungan sebab-akibat, sehingga hanya sedikit yang dapat terlaksana.
Selebihnya hanya menjadi angan-angan, karena tidak bertawakkal kepada kekuasaan dan pertolongan Allah Yang Maha Pemurah. Manusia yang memegang jalan hidup demokrasi tidak menyandarkan nasibnya kepada Allah, tetapi kepada ilmunya yang terbatas yang diperkuda lagi oleh hawa nafsunya yang liar. Karena tidak bergantung kepada iman dan akidah yang benar menurut panduan Alquran dan as-Sunnah. Maka tak heran pemerintah demokrasi hanya sekadar memberikan rangkaian janji kepada rakyatnya, tanpa ada jaminan akan ditunaikan.
Rencana dan proyek dalam alam demokrasi hanya ditimbang oleh suara terbanyak, sedangkan suara terbanyak dapat dibuat-buat, tidak dipertimbangkan dari perintah dan larangan Allah, maka rencana dan proyek itu hanya menjadi angan-angan dari hawa nafsu yang sulit dikendalikan. Inilah pangkal bala perbuatan korupsi dalam dunia demokrasi. Perbuatan pemerintah demokrasi yang tidak mau diatur dengan perintah dan larangan Allah sebenarnya menandingi Allah. Padahal semuanya milik Allah dan semuanya akan terjadi atau berlaku sesuai dengan kehendak Allah, bukan kehendak hawa nafsu manusia. Inilah yang membuat umat manusia berjalan dalam alam demokrasi berada tanpa arah dan tujuan, bagaikan dalam lautan angan-angan.
Hidup dalam angan-angan telah terjadi di muka bumi dan kelak akan terbukti dengan jelas di akhirat. Orang kafir hidup di dunia dalam keadaan tertipu, karena tidak mau menghiraukan perintah dan larangan Allah yang telah disampaikan oleh Junjungan Alam Nabi Muhammad Saw dengan berita gembira dan peringatan. Penguasa yang zalim yang mencampurkan kebenaran dengan kesombongan akan menyesal di akhirat karena tidak mau mengikut jalan Nabi Saw. Rakyat yang ikut menyokong pemerintahan yang zalim yang tak mau memakai Syariah Islam, akan dijilat api neraka.
Orang yang mengikuti angan-angan temannya akan menyesal karena ditimpa azab. Sedangkan orang kafir yang telah berada dalam neraka berangan-angan kalaulah dulu di dunia dia menjadi orang mukmin yang taat kepada perintah dan larangan Allah yang telah disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw dengan sunnah Beliau Saw. Maka orang mukmin yang sejati akan membuat amal terbaik dengan beribadah kepada Allah semata, kemudian berjihad dengan jiwa, raga dan hartanya mengharap ridha Allah. Sementara itu, punya kemauan melakukan amal ma’ruf nahi mungkar, agar tampil kehidupan yang islami melindungi semua umat manusia dengan Syariah Islam yang memberikan rahmat bagi segenap alam.***