Allah maharaja umat manusia, maharaja hari kemudian, tak ada yang berhak disembah dan diibadahi selain Dia, telah menyampaikan berbagai peringatan dalam Alquran, kitab yang tiada diragukan kebenarannya, agar manusia membenarkan wahyu yang disampaikan para rasul-Nya serta taatlah kepada Utusan Allah itu.
Allah sudah berpesan: gunakanlah mata, telinga dan hati nurani untuk menyaksikan kebenaran Allah. Jika hal itu dilakukan maka akan terbuka peluang mendapat hidayah Allah. Jadi hidayah itu harus disongsong dengan kerinduan untuk bertemu dengan Allah dalam keadaan ridha dan diridhai. Allah tidak menzalimi hamba-Nya, tapi hamba itulah yang menzalimi dirinya dengan menolak kebenaran Allah.
Jadi jelas manusia akan selamat dengan memakai mata, pendengaran dan hati nurani untuk menerima Alquran menjadi pedoman hidup, mengindahkan peringatan Nabi Muhammad SAW yang telah berhasil membimbing para sahabat menjadi umat yang terbaik di muka bumi. Mereka ridha kepada Allah sedangkan Allah ridha pula kepada mereka.
Karena itu manusia hanya dapat hidup mulia dan terhormat dengan menerima Alquran dan as-Sunnah dengan sempurna kemudian mengharungi kehidupan dengan pegangan Syariah Islam yang telah memberi batas hak-batil, halal-haram serta pahala-dosa. Meninggalkan Alquran dan as-Sunnah membuat umat manusia jatuh martabatnya menjadi lebih rendah dari binatang.
Sekarang saksikanlah buktinya. Semula umat Buddha Myanmar hanya mengusir umat Islam Rohingya dari negerinya, sehingga berserakan ke mana-mana jadi pengungsi. Tapi kemudian mereka tidak segan lagi membunuh, menganiaya dan membakar perkampungan umat Islam itu. Ini terjadi karena umat Buddha Myanmar melihat umat Islam yang berada di berbagai negara tak berdaya membela saudaranya seiman.
Setelah umat Islam Rohingya digilas oleh umat Buddha yang kejam, muslim Rohingya hanya dapat kiriman uang dari umat Islam, yang sebenarnya bukan itu yang mereka perlukan. Umat Islam Rohingya memerlukan pembelaan fisik, tenaga dan kekuasaan untuk melindungi darah, kehormatan, dan harta bendanya.
Lembaga dunia yang berlagak pemelihara perdamaian yakni PBB hanya cukup dengan mengecam perbuatan umat Buddha Myanmar serta pemerintahnya. Maka nyata sekali, dunia Islam dan PBB tidak pakai mata, telinga dan hati nurani terhadap penganiayaan umat Islam Rohingya yang dilakukan oleh umat Buddha di Myanmar. Dunia sudah buta terhadap kezaliman yang berlaku terhadap muslim Rohingya.
Mengapa dunia sudah buta menyaksikan penderitaan umat Islam? Ini terjadi karena umat Islam yang sudah terbagi-bagi atas beberapa negara bangsa yang memuja bangsanya masing-masing, tidak memandang bertanggung jawab terhadap nasib umat Islam di luar negaranya.
Umat Islam yang memuja nasionalisme bangsanya itu dibuat oleh sistem demokrasi yang kufur, lebih mencintai saudaranya sebangsa daripada saudaranya seiman. Inilah hasil ajaran demokrasi yang paling hebat, membutakan mata, telinga dan hati nurani umat Islam terhadap bencana yang menimpa saudaranya seiman.
Jadi percumalah aqidah mereka, sebab mereka tidak mau hidup dipandu oleh Syariah Islam yang sempurna, tapi memilih jalan demokrasi yang menentang hukum Allah. Sistem demokrasi itu mustahil akan menampilkan manusia yang beriman dengan aqidah yang kokoh memegang Syariah Islam. Demokrasi hanya melahirkan orang-orang munafik, sesuai dengan sifatnya sebagai sistem kufur.
Sedangkan PBB memang sejatinya tidak akan membela kehormatan, darah dan harta benda umat Islam yang diharu-biru di mana saja. Lihat daftar panjang penindasan terhadap umat Islam: Palestina, Suriah, Irak, Afghanistan, Kashmir, Patani, Moro, dan Xin Siang (Turkhistan Timur) di China. Mereka semuanya ditindas oleh orang kafir: Yahudi, Nasrani, Hindu, Buddha, dan komunis.
Umat Islam di belahan dunia manapun berharap siang dan malam PBB yang berlagak sebagai pemelihara perdamaian dunia akan melindungi hak kaum muslimin, sehingga sibuklah para menteri luar negeri dan pada duta negeri mayoritas muslim berunding dengan lembaga sarang munafik itu. Mereka buta menyaksikan betapa PBB itu memakai asas demokrasi sekuler yang kufur serta dikuasai pula oleh negara-negara besar orang kafir.
Lihatlah buktinya, bagaimana lembaga Hak Asasi Manusia (HAM) yang digembar-gemborkan PBB untuk melindungi manusia, ternyata tidak berlaku terhadap penindasan yang menimpa umat Islam. Mengapa ini berlaku? Sebab penindasan itu dilakukan oleh negara orang kafir. Maka umat Islam minta tolong kepada PBB sama dengan minta tolong kepada musuh-musuh Islam. Meminta air tanpa gelas kepada gelas tanpa air.
Dunia juga buta terhadap perdamaian yang telah dilakukan oleh umat Islam sejak zaman Nabi SAW dengan teraju Negara Islam Madinah memakai Syariah Islam secara totalitas, dilanjutkan oleh Khalifah berempat yang pilihan, kemudian disusul oleh negara Islam khilafah Bani Umayyah, khilafah Bani Abbasiyah dan terakhir khilafah Turki Utsmani yang diruntuhkan tahun 1924 dengan tipu daya orang kafir.
Bacalah laman sejarah bagaimana manusia terpelihara oleh Syariah Islam. Nabi SAW dan para sahabatnya membebaskan Kota Makkah tanpa ketegangan apalagi pertumpahan darah. Yahudi dan Nasrani hidup aman di Spanyol dan Yerussalem. Dan akhirnya saksikanlah di dunia masa kini, di seluruh negeri yang mayoritas muslim, orang kafir tidak pernah ditindas. Sementara di negeri yang mayoritas orang kafir, umat Islam selalu mendapat penindasan. Itulah bukti Islam itu rahmat bagi segenap alam.***