Menangkap ikan termasuk mata pencaharian bapakarangan dalam sistem ekonomi tapak lapan di Rantau Kuantan. Ada berbagai macam alat penangkap ikan yang umum dikenal di Rantau Kuantan, di antaranya adalah :
1. Lukah, ada beberapa jenis, di antaranya adalah lukah unak (terbuat dari duri unak, sejnis akar duri) dan lukah sayak (terbuat dari sayak atau tempurung kelapa).
2. Kayial/kail
3. Inggan (kail kecil)
4. Jantang (kail bertali pendek, ditahan atau dipasang beberapa saat lalu dilihat)
5. Getek (kail besar yang digerak-gerakkan)
6. Rawai
7. Camotiak/camotik
8. Sarokok (serekap, penyekap ikan yang terbuat dari bilah)
9. Lintoban (sejenis lukah tapi dipasang berdiri, bukan direbahkan)
10. Sero (sejenis lukah besar)
11. Ambai (terbuat dari benang)
12. Posok (lebih kasar benangnya daripada ambai)
13. Anggua
14. Sintak
15. Guntang
16. Tangguak
17. Ambuang
18. Gosiar sarampang
19. Rosok
20. Bunbun
21. Rumbuak dan umpan misalnya cacing, lipas, anak serangga, ketapang, aro, lakun (sejenis buah-buahan) dan umpan tuo (berak)
Lukah unak merupakan alat penangkap ikan yang paling sederhana. Dengan menjalin beberapa potong unak (sejenis akar duri) maka setelah diberi umpan, ikan akan masuk. Ikan tak dapat keluar sebab terhalang oleh duri unak tersebut.
Lukah sayak juga amat sederhana dan disukai oleh anak-anak. Sekitar 10 buat sayak (tempurung kelapa) dilubangi di tengah lalu dihubungkan dengan tali sehingga terbentuk suatu rangkaian. Setelah dimasukkan ke dalam air, kita renggangkan antara sayak itu, agar ikan kecil dan udang dapat masuk ke dalam memakan sisa kelapa. Pada waktu kita tarik dengan cepat, sehingga sayak itu terkatup sesamanya dan ikan atau udang terkurung di dalam.
Yang menarik lagi ialah anggua. Alat ini merupakan semacam jaring berbentuk segi empat, diberi buru (tangkai) dari buluh. Setelah jaring segi empat sekitar satu setengah meter bujur sangkar itu diberi pemberat, maka dibentangkanlah di permukaan air dengan memegang buru tadi. Ikan yang bermain di atas akan tersangkut sengatnya kepada mata jaring itu.
Bunbun sebenarnya semacam tempat bermain ikan yang dibuat oleh nelayan dengan mempergunakan daun-daunan. Biasanya pada air yang tenang. Di atas bunbun dibuatlah tempat mengintai. Ikan yang bermain akan ditombak oleh nelayan dengan mempergunakan tempuling yaitu tombak besi yang diberi tali rotan. Setelah ikan tak berdaya melarikan tali panjang itu, barulah ditangkap.
Camotik semacam penangkap ikan yang sebenarnya berupa pancing juga. Tangkai camotik yang terbuat dari pelepah enau atau buluh, akan menyentak dengan sendirinya, ketika umpan yang dipasang dalam air ditarik oleh ikan. Sedangkan rumbuk terbuat dari seramping (kepingan batang rumbia), diletakkan dalam suatu lubuk. Ketika ikan memakan seramping itu, ditebarkanlah jala untuk menangkapnya.
Semenjak tahun 1980-an mulailah dipakai jaring untuk menangkap ikan. Jaring ini ditebarkan hampir sepanjang waktu, sehingga amat cepat mengurangi ikan di rantau itu. Ikan mudik dalam jumlah besar sekali dalam setahun, dengan mudah dipuntal oleh jaring. Sementara itu yang lebih berbahaya lagi adalah pemakaian dinamit dan racun (antara lain putas) yang mematikan anak-anak ikan.***
(Kamus Antropologi Dialek Melayu Rantau Kuantan, UU Hamidy)