Buku ini mencoba memperlihatkan pola-pola perpuisian di Indonesia. Mulai dari pola pantun, syair dan puisi bebas sampai kepada pola mantera. Sejumlah puisi dan penyair telah diperhatikan dan direkam. Bertolak dari Raja Ali Haji, Hamzah Fansuri, Rustam Effendi, Sutan Takdir Alisjahbana, Amir Hamzah terus kepada Chairil Anwar dan para penerusnya, sampai kepada Sutardji Calzoum Bachri dan Ibrahim Sattah.
Sutardji Calzoum Bachri yang telah menyegarkan kembali perpuisian Indonesia dengan pola mantera mendapat perhatian yang khas. Demikian juga dengan kepenyairan Ibrahim Sattah.
Di samping itu, sisi lain dari wawasan estetik perpuisian seperti ”puisi konkrit” dan ”puisi lugu” juga disinggung. Dua penyair besar Indonesia lebih dari setengah abad yang silam, Amir Hamzah ”Raja Penyair Pujangga Baru”, dan ”binatang jalang” sang Vitalitas Sastrawan Angkatan ’45 Chairil Anwar, melengkapi pembicaraan, sehingga makin jelaslah ‘wajah’ perpuisian Indonesia selama ini.