1. Pelajaran Cerita
Pelajaran cerita sebenarnya dapat memainkan peranan yang cukup berarti terhadap pelajaran bahasa dan sastra. Sayang sekali para guru atau tenaga pengajar yang akan memberikan pelajaran ini sering tak memahami keadaan tersebut. Akibatnya, pelajaran cerita hampir tak mempunyai tempat dalam pengajaran bahasa dan sastra di sekolah.
Padahal pelajaran ini mempertemukan pelajaran bahasa dengan sastra, serta memberikan lintasan dengan pelajaran lainnya. Sebab itu dalam pelajaran ini dapat dilihat bagaimana kemampuan yang dimiliki murid dalam dua mata pelajaran tersebut. Kemampuan itu bukan lagi setingkat kemampuan kognitif (mengenal seluk-beluk bahasa dan sastra) tetapi adalah kemampuan kemahiran memakai berbagai pola dan ragam bahasa, sehingga inilah sebenarnya kemampuan psikometer yang diharapkan oleh hasil pelajaran bahasa dan sastra.
Pada satu sisi pelajaran cerita melatih murid-murid mempergunakan bahasa yang baik, yakni pengucapan yang tepat dan lancar berbicara. Dalam hal ini murid-murid akan berusaha menguasai dan mempergunakan bentuk-bentuk bahasa yang baik dan benar serta mahir mempergunakannya. Dia juga akan terlatih berpikir logis atau sistematik, sebab rangkaian bahasa dalam cerita yang disajikannya akan diatur oleh jalan pikirannya.
Pada belahan lain, pelajaran cerita memberi peluang pada murid untuk memakai bahasa yang indah, sehingga penampilan bahasanya atau ucapannya menjadi menarik. Untuk mendapatkan kemampuan berbahasa yang indah, murid-murid harus belajar menguasai berbagai lambang dan kiasan (lukisan bahasa) disamping mampu mengucapkan pola-pola bahasa dengan gaya yang memadai.
Dengan demikian pelajaran cerita telah membuka jalan pada penguasaan bahasa yang baik pada murid-murid. Mereka terbiasa memakai bahasa yang hidup. Dalam arti bahasa itu dipakai tidak hanya sebatas sekadar jembatan pikiran atau alat komunikasi, tapi juga suatu bahasa yang kreatif. Sebab, dalam cerita, bahasa itu juga ujud sebagai pembentuk suasana kehidupan.
Kehidupan menjadi dapat dibayangkan oleh kehadiran cerita. Itulah sebabnya, dengan cerita tersebut, kehidupan juga dapat dirasakan dan dinikmati, sebab dalam cerita, bahasa itu memancarkan keindahannya. Kemampuan murid mengungkapkan bahasa yang memancarkan keindahan, melalui cerita, akan membuka jalan baru baginya untuk merintis dirinya jadi seniman.
Dalam hal ini, dia mungkin bisa meningkat menjadi pemain drama, lalu berkembang lagi menjadi pemain film. Sementara itu kemampuan bercerita yang makin bagus penampilannya, juga bisa ‘dijual’ untuk beberapa peristiwa budaya. Bahkan memang sudah ada beberapa hotel yang meminta seniman serupa itu untuk memberikan hiburan kepada para tamunya. Dengan begitu, pelajaran cerita dapat juga diandalkan mempunyai nilai ekonomi bagi seniman yang menggelutinya. (bersambung)
(Bahasa dan Kreativitas Sastra, UU Hamidy)