Manusia abad ini tidak menyadari bahwa demokrasi yang dipuja-puja sebagai jalan hidup telah mengurung mereka dalam satu perangkap. Demokrasi telah membuat umat manusia berada bagaikan katak di bawah tempurung. Mereka hanya mengenal hidup sebatas dunia di bawah kolong langit. Di luar itu dipandang tidak ada kehidupan. Jadi sebenarnya demokrasi membuat manusia jadi bonsai alias kerdil. Tidak punya pandangan hidup yang luas melampaui jagad raya serta perhitungan yang panjang lagi teliti tentang makna kehidupan.
Demokrasi membuat hidup manusia jadi sempit sebatas dunia, pertama oleh sifat demokrasi yang sekuler. Dengan sekulerisme, demokrasi menafikan hak Allah Yang Maha Perkasa mengatur alam raya serta segala makhluk. Dengan sekulerisme demokrasi memberi hak penuh kepada manusia mengatur dirinya dan dunia, dengan aturan sesuka hatinya. Mereka tak menyadari lagi, bahwa langit dan bumi serta segala makhluk berada dalam kekuasaan Allah. Maka, manusia terkesan sebagai makhluk yang perkasa dengan penampilan ilmu dan teknologi yang dirancangnya. Iptek itu jadi kebanggaan, digunakan untuk mendapatkan kekayaan, bahkan juga untuk menjajah atau menindas. Padahal iptek itu adalah ciptaan Allah yang harus digunakan untuk kehidupan dalam bingkai beramal saleh. Manusia hanya menemukan iptek, bukan menciptakannya. Walaupun manusia sekuler mempelajari alam semesta, namun ini semuanya akan kiamat, tak pernah menjadi bahan renungan oleh manusia yang di bawah tempurung langit itu.
Demokrasi membuat manusia berada di bawah tempurung, karena demokrasi hanya mengenal hidup dunia saja. Padahal diluar hidup dunia masih ada lagi 5 babak kehidupan: alam kubur, hari berbangkit untuk perhitungan amal dan kehidupan yang bahagia di surga atau kehidupan yang tersiksa di neraka. Demokrasi dengan sekulerisme hanya mendorong manusia mengejar dunia siang dan malam. Dengan demikian, mana mungkin orang dengan demokrasi mengharapkan surga. Sebab, surga didapat bukan dengan mengejar dunia, tapi sebaliknya dengan menahan diri terhadap dunia. Surga akan didapat oleh umat manusia bukan dengan menjual diri pada dunia, tapi menjual diri kepada Tuhan melalui ketakwaan melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan dalam berjihad fisabilillah dengan jiwa dan harta.
Lihatlah sempitnya kehidupan manusia oleh demokrasi. Dengan panduan “time is money” maka waktu dan tenaga pertama-tama digunakan untuk mencari uang (kekayaan). Maka kehidupan dimulai dengan kerja, bukan ibadah (salat). Uang digunakan untuk makan dan bersenang-senang serta menambah modal untuk mencari kekayaan lebih banyak lagi. Jadi nilai waktu dan umur hanya sebatas materi atau bendawi. Tidak ada waktu untuk salat atau ibadah. Melepaskan diri dari segala beban kehidupan dengan mengingat Allah dalam hati yang tentram.
Demokrasi membuat riwayat kehidupan insan begitu pendek. Mulai dari kelahiran, nikah-kawin lalu berakhir dengan kematian. Riwayat setelah kematian tidak ada dalam alam demokrasi. Dengan demikian demokrasi sebenarnya membuat hidup manusia kurang-lebih sama dengan kehidupan hewan. Bedanya, manusia demokrasi hidup mencari kekayaan, sedangkan hidup hewan hanya mencari makan. Sama dengan hewan, karena sama-sama tidak punya kesadaran akan masuk surga atau neraka. Demokrasi tidak mengenal riwayat kehidupan manusia dalam kubur sampai hari berbangkit perhitungan amal, yang waktunya bisa ribuan tahun hitungan dunia. Kemudian akan berakhir kehidupan manusia, masuk surga atau neraka.
Demokrasi membuat hidup manusia berlomba-lomba bukan dengan kebajikan, tetapi berlomba dengan harta, jabatan, popularitas dan kehormatan yang palsu. Manusia jadi terperangkap, sebab tak mengenal kebahagiaan yang abadi di surga yang tak pernah didengar oleh telinga, belum pernah dipandang mata serta tak pernah terlintas didalam hati. Manusia juga tertipu oleh demokrasi, sebab melupakan azab yang pedih lagi dahsyat, bagi manusia yang membangkang terhadap Allah. Padahal Allah telah memberitakan lewat Alquran, bahwa mereka akan menyesal kelak setelah melihat neraka yang menyala-nyala, minta kembali lagi ke dunia berjanji akan beramal saleh. Manusia telah dibutakan oleh demokrasi yang hanya melihat dunia, padahal dunia ini hanya kehidupan yang palsu. Akhiratlah yang sebenarnya kehidupan bagi umat manusia.
Demikianlah, demokrasi dengan penampilannya pada liberalisme, sekulerisme, kapitalisme dan HAM, telah meninggalkan amal makruf nahi mungkar sehingga hampir tak pernah mengingat kematian. Manusia hanya punya tujuan hidup untuk bersenang-senang melepaskan hawa nafsunya. Namun yang mendapat kesenangan yang palsu itu hanya segelintir umat manusia, yakni sang kapitalis dengan penguasa dan pemegang senjata yang diperalatnya. Selebihnya, mayoritas rakyat jelata hidup tertindas lagi hina dibawah pemerintahan tagut yang tidak mau memakai hukum Allah yang akan memberikan keselamatan dunia akhirat. Maka, sungguh malang, manusia yang hidup dengan alam demokrasi. Allah telah sediakan surga seluas bumi dan langit bagi insan yang taat dan patuh kepada-Nya. Tapi dengan mengikuti demokrasi, manusia mungkin tak memperoleh surga, walau hanya seluas telapak tangan.***