Allah Swt telah menyediakan surga dengan nikmat yang tiada tara, untuk tempat kehidupan manusia yang sebenarnya. Itulah nikmat yang sesungguhnya tidak akan pernah dapat dicapai oleh manusia hanya dengan menghandalkan amal salehnya.
Karena itu, terjadilah keadaan yang sebaliknya. Bukan manusia yang membeli surga kepada Allah dengan amal salehnya. Tetapi justru Allah dengan keridhaan-Nya yang telah membeli jiwa raga dan harta orang mukmin dengan surga. Inilah bukti bagi umat manusia, betapa Allah Maha Pengasih lagi Maha Pemurah kepada hamba-Nya.
Sungguhpun demikian, surga dengan nikmat yang belum pernah didengar oleh telinga, belum pernah terbayang pada mata serta belum pernah terlintas dalam hati, hanya disediakan Allah bagi orang yang beriman. Sementara itu, keimanan tidak diterima hanya dengan ucapan sebagaimana berlaku dalam budaya manusia.
Manusia tidak akan dibiarkan berkata oleh Allah begitu saja, ‘’Kami telah beriman, tanpa mendapat ujian atau cobaan’’. Pada puncak cobaan itulah nasib manusia akan dipertaruhkan, apakah dia akan memilih jalan yang benar dari Tuhannya, atau dia malah akan sesat tak tentu rimbanya.
Dengan membaca Alquran kitab panduan hidup umat manusia untuk menghadapi segala perkara hidupnya, kita dapat mengetahui cobaan terhadap umat manusia itu akan datang pertama-tama dari musuh yang nyata, yakni syetan yang terkutuk. Syetan ternyata telah punya sarana menyesatkan nilai hidup manusia dengan memperalat hawa nafsunya.
Simaklah kelihaian iblis sebagai aktor intelektualis godaan syetan, telah berhasil menggelincirkan nenek moyang umat manusia, Adam dan Hawa. Walaupun Adam dan Hawa telah mendapat peringatan dari Allah agar jangan mendekati suatu pohon, namun keduanya dapat dibuat lupa oleh iblis. Iblis membungkus maksud liciknya dengan bersumpah kepada Adam dan Hawa seraya berkata, ‘’Sesungguhnya aku adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua’’.
Saksikan hebatnya tipu daya iblis yang disampaikan dengan mempermainkan kata nasehat. Dengan kata itu Adam tidak merasa tertipu sehingga segera lupa kepada peringatan Tuhannya. Cara inilah yang juga diteruskan oleh musuh-musuh Islam untuk menghancurkan Syariah Islam dalam kehidupan umat Islam.
Syetan telah menghasung orang kafir atau musuh-musuh Islam itu agar melakukan kejahatan sehebat-hebatnya. Kalau hal ini tak disadari oleh kaum muslimin, niscaya terjadi kerusakan yang besar di muka Bumi.
Syetan sebenarnya tidak dapat begitu saja menggoda manusia tanpa sarana pada manusia itu sendiri. Dia mendapat sarana yakni hawa nafsu manusia. Inilah kendaraan yang canggih untuk menyesatkan umat manusia oleh syetan.
Setelah syetan dapat menguasai hawa nafsu manusia, maka kemudian manusia mengikuti hawa nafsunya itu. Allah punya perintah dan larangan. Hawa nafsu meniru pula membuat perintah dan larangan. Tetapi perintah dan larangan hawa nafsu manusia bercanggah atau berlawanan dengan perintah dan larangan Allah.
Itulah sebabnya, manusia yang dijajah oleh hawa nafsunya dikatakan menuhankan hawa nafsunya. Maka berjayalah syetan setelah menusia menuhankan hawa nafsunya. Manusia yang menuhankan hawa nafsunya jadi lupa kepada Allah. Lupa kepada Allah menyebabkan lupa kepada diri sendiri, sehingga akalnya tidak berdaya lagi mengendalikan hawa nafsunya.
Akal pikiran hanya akan mampu mengendalikan hawa nafsu dengan kekuatan iman. Sebab dengan iman, akal bersandar kepada kekuasaan Allah Yang Maha Perkasa. Karena itu, manusia yang tidak beriman niscaya menjadi orang yang lemah sebab tidak berdaya lagi mengekang hawa nafsunya.
Ketika manusia telah menuhankan hawa nafsunya, maka keberadaannya hampir sama dengan binatang ternak. Bahkan dapat lebih rendah daripada itu. Ini terjadi, karena dengan ikut perintah hawa nafsunya, manusia berada pada tingkat kehidupan yang rendah. Hanya mengurus sebatas kepentingan jasad, tidak dapat naik kepada tingkat kepentingan ruhani yang tinggi, dengan kekuatan iman.
Sungguhpun begitu, binatang ternak yang mengikuti hawa nafsunya dapat membuat tubuh binatang tersebut menjadi gemuk. Ini amat berguna untuk peternak yang memeliharanya. Sedangkan manusia yang hidup sebatas hawa nafsunya, walaupun menjadi segar bugar, tetapi tidak bernilai di sisi Tuhannya.
Meskipun syetan telah diciptakan Allah menjadi penggoda dengan memberi was-was atau keraguan kepada manusia, tetapi tidaklah sebenarnya untuk menghancurkan kehidupannya. Syetan justru tampil, agar manusia benar-benar hanya menghadapkan dirinya kepada Allah. Menyerahkan salatnya, ibadahnya serta hidup dan matinya demi Allah Rabbul Alamin.
Karena itu, dalam Alquran Allah membukakan lagi kedok tipu daya syetan, agar benar-benar memandang dan memperlakukannya sebagai musuh. Setelah perhitungan amal selesai, syetan berkata, ‘’Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, akupun berjanji tetapi menyalahinya. Tidak ada kekuasan bagiku terhadapmu, karena itu janganlah kamu mencercaku, tapi cercalah dirimu sendiri. Aku tidak dapat menolongmu dan kamupun tak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu menyekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu.***