Home / Buku UU Hamidy / Membeli Dunia, UU Hamidy, Bilik Kreatif, 2015

Membeli Dunia, UU Hamidy, Bilik Kreatif, 2015

Nikmat Allah yakni Islam mencapai dunia Melayu setelah para ulama berdakwah sambil berdagang menyinggahi pulau-pulau dan muara sungai di Nusantara Zamrud Khatulistiwa. Pelan bagaikan akar kayu menembus tanah, kehidupan masyarakat Melayu menerima ajaran Islam yang cemerlang. Adat dan resam yang semula karut oleh animisme-hinduisme, kemudian bersandar kepada Syariat Islam, sehingga adat bersendi syarak mendapat arah yang benar. Itulah sebabnya ungkapan MASUK MELAYU sepadan dengan MASUK ISLAM karena orang Melayu itu memeluk agama Islam.

Tetapi setelah dunia Melayu memakai sistem demokrasi sekuler yang memuja kehidupan dunia, maka Syariat Islam tersingkir oleh hukum buatan manusia. Mereka melupakan Allah sehingga Allah membuat mereka lupa kepada dirinya sendiri. Mereka hidup menentang fitrah menciptaannya sehingga menjadi kalang kabut terperangkap ke dalam maksiat dan dosa. Negerinya tergadai, marwahnya dipandang enteng sehingga kehidupannya jatuh hina, karena mengabaikan pedoman hidup yang benar dari Al Qur’an dan As-Sunnah, yang sesungguhnya akan memberi kebahagiaan dan kehormatan di dunia, serta akan mendapat balasan surga di akhirat dari Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang.

Ini hendaklah disadari oleh insan dunia Melayu yang telah menadapat nikmat Islam yang tiada tepermanai nilainya. Nikmat Islam bersandar kepada tauhid yang benar, yang tidak ternoda dan terpedaya oleh apapun juga. Inilah yang akan menampilkan pribadi yang cemerlang yang akan berjihad dengan jiwa dan hartanya demi mencari ridha Allah semata. Dunia Melayu harus kembali kepada Syariat Islam, karena inilah satu-satunya aturan kehidupan manusia yang benar, yang tidak terikat kepada kepentingan ego penguasa, pesukuan, partai bahkan juga nasionalisme yang picik. Kejayaan hidup dengan pemimpin yang memegang Syariat Islam itu telah ditampilkan dalam sejarah bagaimana Baginda Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam dengan para sahabatnya telah berjaya membentuk generasi umat manusia yang terbaik. Mereka ridha kepada Allah, dan Allah ridha pula kepada mereka. Itulah matlamat hidup yang sejati.

Buku ini mengupas wajah Melayu tiga dimensi yang dibagi menjadi: Wajah Melayu dengan Siasat, Wajah Melayu denagn Islam dan Wajah Melayu dengan Budaya.

Dalam kehidupan dunia, manusia kerap ditamsilkan sebagai pohon. Banyak daun yang berpikir kapan dia bisa lepas dari pohon dan terbang ke mana dia mau. Ternyata, begitu jatuh dari pohon, daun dipermainkan angin. Kemudian, nasibnya berakhir di tempat sampah yang dibakar. Banyak manusia yang memandang demokrasi seperti itu. Demokrasi dipandang bisa menyelamatkan banyak hal. Ternyata, setelah kita menjalaninya, demokrasi hanya membuat bencana. Kira-kira seperti itulah filosofi sampul buku ini yang dibuat oleh Masteven Romus.

Check Also

Negeri Rantau, UU Hamidy, Bilik Kreatif, 2017

Islam nikmat Allah Ta’ala yang sempurna telah mencapai dunia Melayu dengan rangkaian pulaunya bagaikan zamrud …