Dukun merupakan sosok yang khas dalam masyarakat Melayu di Riau. Bahkan juga mungkin dalam puak lainnya. Kesejahteraannya cukup panjang ke belakang. Dukun berkelindan dengan pawang, bomo, kemantan, pemangku adat bahkan juga dengan tukang cerita dalam dunia Melayu. Dialah pewaris resam Melayu dari nenek moyang, leluhur, para datuk dan tetua masa silam. Dukun mempertemukan alam pikiran purba Melayu dengan agama Islam, bagaikan air sungai dari daratan benua bertemu dengan lautan yang luas. Kedua alam pikiran itu terkesan berbeda, tetapi jadi harmonis dalam pedukunan Melayu.
Dukun memang jarang memainkan peranan sebagai pemegang teraju kerajaan atau negara. Keberadaannya di tengah masyarakat hampir tak berbekas. Ibarat air pasang, datang dan surut secara alami, tanpa membekas di tebing pantai. Tapi pengaruhnya bagaikan kadar garam dalam air laut.
Dukun dapat dipanggil oleh warganya, bila dan di mana saja. Dia memberikan pertolongan dalam bentuk apapun juga, baik diberi imbalan atau tidak. Dia hadir dengan suka rela ketika mendengar masyarakatnya mempunyai perkara. Dia memimpin berbagai upacara yang berhubungan dengan alam seperti membuka hutan tanah, turun mandi anak, menurunkan perahu dan jalur, mencari tapak perumahan, turun ke ladang dan melaut, menangkal serangan binatang buas, memikat burung dan binatang buruan serta mengobat berbagai penyakit dengan memakai bermacam ramuan dari alam lingkungan. Mengapa rimba belantara terpelihara lestari oleh puak Melayu di Riau, satu di antaranya, karena dukun Melayu membuat hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam sekitar.
Kajian ini mencoba membentangkan bagaimana sosok dukun di Rantau Kuantan sebagai satu di antara puak Melayu di Riau. Kajian ini merupakan satu mata rantai dari senarai panjang tentang orang Melayu di Riau, meliputi masyarakat, agama dan budayanya. Buku ini telah dicetak ulang (cetakan II) oleh Penerbit Universitas Lancang Kuning, Pekanbaru pada tahun 1999.