Home / Buah Pikiran UU Hamidy / Untuk Apa Anda Diciptakan? Oleh: UU Hamidy

Untuk Apa Anda Diciptakan? Oleh: UU Hamidy

Untuk apa Anda diciptakan? Inilah suatu pertanyaan yang tidak akan pernah diucapkan oleh umat manusia tanpa membaca Alqur’an, wahyu Allah Swt kepada Junjungan Alam Nabi Muhammad Saw. Pertanyaan ini memberi akibat terhadap rahasia alam semesta, yang tak akan pernah terjangkau oleh alam pikiran manusia, yang hanya diberi ilmu sedikit oleh Allah Yang Maha Mengetahui. Pertanyaan ini membuka rahasia sumbu kehidupan yang sekaligus menentukan arah yang akan ditempuh oleh seorang insan. Allah Maha Bijaksana, tidak ada petunjuk yang benar selain petunjuk-Nya, telah menjawab pertanyaan ini lewat Alqur’an, kitab yang membuka rahasia alam semesta.

Maka, dari pertanyaan itu dapat dikenal 3 golongan besar umat manusia. Golongan pertama ialah, yang tidak mengetahui adanya pertanyaan itu. Dia tidak mengetahui tentang makna penciptaan dirinya. Dan juga tidak kenal rahasia penciptaan dirinya. Manusia serupa ini tidak mengenal sedikitpun makna hidup. Dia berjalan di muka bumi dengan sifat bisu tuli dan buta. Lihat kenyataan hidupnya! Membedakan jenis kelamin lelaki dan perempuan saja tidak bisa. Padahal, lagi binatang saja yang punya jenis jantan dan betina, dapat membedakan lawan jenisnya. Binatang dapat berkembangbiak karena kawin dengan lawan jenis. Sebaliknya, manusia yang tak bisa membedakan lawan jenis tadi, telah kawin sesama jenis, seperti yang banyak berlaku di negeri Barat. Akibatnya, mereka terancam kepunahan, sehingga siapa yang mau beranak dibayar dan dipelihara oleh negara. Inilah pangkal bala peradaban Barat yang akan menghancurkannya.

Lihat keanehan budaya umat manusia abad ini! Dengan topeng demokrasi manusia yang tak dapat membedakan jenis kelamin ini harus mendapat kebebasan. Mereka dilindungi dengan payung hukum yang bernama Hak Asasi Manusia (HAM). Sementara kerusakan umat manusia tak pernah dipertimbangkan. Lebih parah lagi, penyakit yang merebak oleh manusia jenis ini, tidak hanya menyiksa mereka yang terkutuk, tetapi telah mengancam seluruh pelosok dunia. Dan lihat sekali lagi bagaimana budaya demokrasi dan kapitalis mengatasinya. Penyakit dari perbuatan terkutuk itu mereka hadapi dengan membuat pabrik kondom. Suatu perbuatan yang benar-benar konyol dan main-main.

Golongan kedua ialah umat manusia yang mengetahui pertanyaan itu, tetapi tidak mau menghiraukannya. Bagi mereka pertanyaan itu tidak berguna, dibandingkan dengan urusan dunia yang amat mereka perlukan. Mereka tidak mau memperhatikan bagaimana Allah telah menurunkan Syariah Islam kepada Utusan-Nya Nabi Muhammad Saw, Allah telah menciptakan sistem waktu agar manusia dengan mudah melaksanakan pesan penciptaan dirinya. Manusia beribadah dulu, baru mencari rezki di muka bumi. Rezki yang dicari juga kembali untuk berjihad di jalan Allah.

Golongan kedua yang pembangkang ini juga tak mau memperhatikan bagaimana cemerlangnya kehidupan jika manusia melaksanakan Syariah Islam dengan kaffah. Perhatikan shalat berjamaah sebagai cermin kehidupan yang bernaung di bawah Syariah Islam. Imam shalat haruslah yang terbaik dari sudut pandang Alqur’an dan Sunnah. Begitulah semestinya pemimpin umat. Jika imam ini silaf atau salah, dia langsung ditegur oleh makmum. Begitulah seharusnya, rakyat harus langsung menegur pemimpin yang silaf atau salah, agar segera kembali kepada jalan yang benar. Kemudian, jika imam itu batal wuduknya, baik diketahui oleh makmum atau tidak, dia segera mundur dan memberi peluang kepada imam penggantinya. Ini bermakna, seorang pemimpin yang tidak lagi memenuhi syarat secara syar’i, harus mundur dengan rela, demi menyelamatkan umat mencari ridha Allah.

Akhirnya golongan ketiga, mereka yang memahami dan menyadari untuk apa mereka diciptakan, dengan mempelajari Alqur’an dan Sunnah Nabi Saw. Mereka sadar, bahwa mereka diciptakan Tuhan untuk beribadah kepada-Nya. Allah pencipta alam semesta, pemberi kehidupan, pemelihara segala makhluk. Mereka tunduk dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Inilah umat manusia yang bertekad menjadikan shalat, hidup dan matinya hanya semata-mata untuk Allah Swt. Dia tidak dikejar rasa takut oleh kemiskinan, sebab dia yakin semua rezki makhluk hidup dijamin Allah. Rezki bergantung kepada rahmat Allah, bukan kepada usaha manusia. Usaha atau ikhtiar hanyalah jalan untuk mendapat rezki. Dan jalan itu tidaklah mutlak, sebab Allah dapat berbuat sekehendak-Nya terhadap makhluk-Nya

Dia tidak takut pada malapetaka, termasuk menakuti manusia yang berkuasa serta yang memegang bedil. Dia hanya takut kepada Allah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Mereka yakin sesuatu bencana tidak akan menimpa dirinya kecuali sudah ditetapkan oleh Allah. Apa saja yang berlaku pada dirinya serta jagad raya ini telah tertulis dalam Kitab Yang Terpelihara, sebelum Allah melaksanakan-Nya.

Golongan pertama dan kedua adalah golongan terbanyak daripada umat manusia. Golongan ketiga ini adalah yang sedikit. Golongan yang banyak tadi adalah golongan pembantah, engkar dan pembangkang. Tidak mau berpegang teguh kepada agama Allah dan Rasul-Nya. Tidak mau bersyukur. Tidak menyadari betapa dirinya sendiri tidak dapat dikendalikannya, tanpa kudrat dan iradat Allah. Dia tak mampu memperlambat aliran darah dalam tubuhnya. Juga tak berdaya mengatur denyut jantungnya. Jadi kalau begitu dia sebenarnya hanya apa dalam jagad kekuasaan dan keperkasaan Allah. Sementara golongan yang sedikit ini bersandar kepada Syariah Islam. Mereka menyadari betapa mereka adalah makhluk yang lemah di sisi Allah. Mereka mencari ridha Allah serta ridha pula menerima apa yang berlaku terhadap diri mereka atas ketentuan Allah. Maka tahulah kita rahasia doa Nabi Saw, mengapa Junjungan Alam itu minta masukkan kedalam golongan yang sedikit kepada Allah.***

Check Also

Kadar Islam dalam Tafsir Antropologis Nama Pesukuan di Siberakun Kuantan Singingi, Oleh : UU Hamidy

Allah yang Maha Esa Maha Kuasa menciptakan apapun saja yang Dia kehendaki, sehingga Allah menjadi …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *