Home / Buah Pikiran UU Hamidy / Bahasa dan Sastra / Pesan-pesan Hikayat Aceh, Oleh: UU Hamidy
Foto: helloacehku.com

Pesan-pesan Hikayat Aceh, Oleh: UU Hamidy

Akhlak yang merosot saat ini banyak dikeluhkan orang. Kehidupan begitu gersang, padahal hiburan ada di mana-mana. Lebih ironi lagi, generasi muda tercemar budi pekertinya. Tugas sekolah hanya mengajar bukan mendidik. Padahal namanya Departemen Pendidikan. Berbagai penyimpangan pun terjadi, mulai narkoba, ugal-ugalan, brandal hingga kejahatan seksual yang tak dapat dikekang jua. Mengapa ini berlaku dalam rentang pendek, bagai api membakar jerami?

Mari kita lihat satu sudut saja, yang mudah dipahami. Bahwa kita tidak lagi mendapatkan sentuhan aspirasi nilai-nilai luhur, yang mampu memberi ketenangan pada jiwa. Memang banyak media sekarang, tetapi kebanyakan telah dikuasai hawa nafsu, hedonis, kekuasaan yang kejam, mendorong perilaku sekuler, bebas nilai. Hasilnya membuat kerusakan rohani, cemas, cemburu, angkuh, sehingga berakhir dengan jalan hidup yang sesat. Media-media kita penuh sponsor mengumbar nafsu rendah dan bendawi. Tak ada pesan ruhaniah, seperti yang dihidangkan oleh Alqur’an dan hadis Nabi Saw.

Manusia abad ini benar-benar telah terkurung dalam perangkap kapitalisme dan liberalisme. Pemuja manusia dan benda, bukan Allah Swt pencipta alam semesta. Dia (Allah Swt) telah menyampaikan kebenaran lewat Alquran. Setidaknya ada tiga cara dan sangat mudah dipahami. Pertama, Allah menjelaskan bahwa hanya Dia-lah yang benar-benar Tuhan, tidak berbilang, tidak ada tandingan-Nya, tidak ada yang menyerupai-Nya, tiada lawan-Nya. Dia-lah yang kekal abadi, sementara yang lain akan rusak binasa. Dia-lah yang menciptakan segala sesuatu, Dia-lah tumpuan segala harapan yang menghidupkan dan mematikan, yang segala makhluk bertasbih kepada memuji-Nya siang dan malam.

Kedua
, Allah menyampaikan kebenaran melalui perumpamaan. Misalnya dunia dilambangkan sebagai permainan, tidak berpegang kepada petunjuk-Nya seumpama berpegang kepada jaring laba-laba, amal orang kafir bagaikan fatamorgana di padang pasir dan perhatikanlah lebah bagaimana makhluk ini hanya mengambil yang baik-baik saja (sari madu) serta mengeluarkan juga yang baik-baik.

Ketiga, Allah Swt menyampaikan kebenaran dengan menceritakan kisah-kisah zaman dahulu, bagaimana para nabi berhadapan dengan para pembangkang seperti Fir’aun, Namrud, Qarun, Haman dan lainnya. Sementara di seberang sana dikisahkan lagi orang-orang beriman mengikuti para nabi, seperti Aisah, Masyitah, Bilal dan lainnya.

Dalam apresiasi nilai-nilai kebenaran yang dibentangkan Allah lewat Alquran itulah yang ditampilkan hikayat Aceh. Hikayat memberikan gambaran nilai tentang kehidupan. Hikayat tidak memaksa, tetapi mencoba menggugah, membayangkan dan kemudian mengiring pembaca atau pendengar, untuk merenungkan, sebenarnya kita hidup ini mencari apa dan kendak kemana. Inilah yang telah menyentak kalbu para pendengar hikayat untuk membangun harga diri, semakin mendekatkan pada Khalik.

Pesan-pesan dalam hikayat Aceh, telah memberikan pula gambaran nilai dan arti kehidupan kepada pendengarnya. Hikayat memperlihatkan lewat ceritanya bagaimana orang yang beriman teguh berhadapan dengan kafir pembangkang, munafik yang licin serta para pemuja hawa nafsu. Dan seperti yang disebutkan dalam Alquran –yang bathil itu niscaya sirna, begitu pula hikayat mengiringinya, betapa mukmin sejati berhasil menghadapi berbagai cobaan dunia, sehingga kemudian keluar sebagai pemenang karena dilindungi Allah Swt.

Pesan-pesan ruhani itu dapat disimak dalam hikayat ‘’Malem Dewa’’, bagaimana kejahatan dapat ditebus dengan kebajikan. Haba Jameuen Sabab Takabo, yang mengingatkan bahwa durhaka kepada ibu-bapa tak berguna. Sebab yang rugi bukan ibu-bapa, tetapi pendurhaka itulah yang akan menuai malapetaka.

Membela kebenaran hendaklah dengan iman yang teguh, meski nyawa taruhannya, dibentangkan oleh hikayat ‘’Hasan dan Husin’’ serta hikayat ‘’Prang Kompeni’’. Hanya Islamlah vang dapat memberi jalan hidup yang benar, digambarkan dalam hikayat ‘’Nun Parisi’’ dan hikayat ‘’Putri Peureukison’’.

Mati syahid membela kebenaran adalah matlamat hidup yang paling indah, telah dinukilkan oleh hikayat ‘’Prang Sabi’’. Sedangkan melawan hawa nafsu dapat dibaca:

Subhanallah terlalu kamil
Menjadikan insani alim dan kafir
Dengan hamba-Nya daim tiada wasil
Itulah mahbub bernama adil

Syariat Muhammad ambilkan suluh
Ilmu hakikat yugia kau pertubuh
Nafsu itu yugia kau bunuh
Makanya dapat sekalian luruh

Mencari dunia berkawan-kawan
Oleh nafsu habis engkau tertawan
Nafsumu itu yugia kau lawan
Makanya sampai engkau bangsawan

(Ruba’i, Hamzah Fansuri)

Check Also

Kadar Islam dalam Tafsir Antropologis Nama Pesukuan di Siberakun Kuantan Singingi, Oleh : UU Hamidy

Allah yang Maha Esa Maha Kuasa menciptakan apapun saja yang Dia kehendaki, sehingga Allah menjadi …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *