1. Konsep Melayu tentang Permainan
Dalam kehidupan sehari-hari dapat dengan mudah kita kesan betapa besarnya jumlah pemakaian kata ‘’permainan’’ yang sering disingkat dengan kata ‘’main’’ oleh puak Melayu di mana saja pada belahan Riau ini. Mereka mengatakan misalnya main gasing, main kelereng, main layang-Iayang, main gambus, main biola, main bola, main kasti, main randai dan sebagainya.
Dari beberapa contoh itu bisa dilihat bagaimana orang Melayu membuat persepsi mengenai kegiatan seni dan olahraga. Baik olahraga maupun kesenian telah dikonsepkan oleh puak Melayu di rantau ini dengan kata ‘’main’’ atau ‘’permainan’’. Bagaimana muatan konsep permainan atau main itu, dengan merujuk kepada beberapa contoh tadi, dalam kehidupan orang Melayu dapatlah disenaraikan sebagai berikut:
– Perbuatan atau kegiatan itu banyak ditujukan untuk maksud hiburan.
– Kegiatan dengan kata main atau permainan tersebut bersifat sebagai pengisi waktu luang, sehingga tidak terjadwal dengan tetap dalam kegiatan sehari-hari.
– Kegiatan yang disebut dengan main atau permainan itu bersifat suka hati.
– Konsep main atau permainan juga bermuatan bakat, meskipun tidak semua permainan menuntut bakat yang handal.
– Muatan konsep permainan juga memberi tanda sesuatu yang dilaksanakan itu tidak atau belum sungguh-sungguh. Sebab itu permainan tak mungkin dijadikan tempat berpijak dalam kehidupan. Dalam pandangan Melayu tradisional tak mungkin seseorang bersandar kehidupannya dari permainan, kecuali dalam suatu hal yang istimewa seperti yang bisa dilihat terhadap orang-orang tertentu semisal orang cacat.
2. Cara Membuat Gasing
Sejak bila puak Melayu Rantau Kuantan bermain gasing, tidak jelas dalam jejak sejarah. Begitu pula, apakah permainan ini mereka taja sendiri atau ditiru dari tempat lain, tidaklah jelas. Tetapi ternyata permainan gasing amat digemari oleh anak lelaki antara umur 5 sampai 15 tahun.
Gasing terbuat dari beberapa jenis kayu. Yang terbaik ialah teras kayu kulim, disusul oleh teras kayu lainnya seperti seminai. Kalau tak ada teras kayu yang keras, maka beberapa jenis kayu lainnya dapat dipakai, misalnya batang kopi dan batang limau. Jika ada tanduk, seperti tanduk kerbau, ini pun juga amat baik dijadikan gasing.
Gasing dibuat dengan cara menarah teras kayu atau bahan lainnya seperti tanduk kerbau. Tanduk kerbau jika ada dibuat juga jadi gasing, meskipun menarahnya amat sukar, sebab terlalu keras. Mula-mula ditarah sehingga dapatlah bentuk yang kasar. Bentuk ini telah memperlihatkan adanya bagian-bagian gasing yaitu kepala, leher dan badan gasing. Setelah pekerjaan menarah itu selesai, maka dikikislah dengan kaca, sehingga licin dan halus.
Setelah gasing dikikis sampai halus dan licin dengan kaca maka dicobakanlah. Gasing dipusing dengan mempergunakan tali. Gasing yang sudah berpusing itu disebutkan juga nonek. Jika ternyata putarannya tidak normal, maka gasing itu disebut juga geretel, gasing tidak tetap berputar pada tempatnya, tapi berpindah-pindah. Ini tentu ada bagian yang tidak seimbang atau harmonis.
Untuk mengatasi hal ini biasa dipakai dua cara. Pertama, ekor gasing dikikis lagi, sehingga bagian ekor yang paling lancip, benar-benar persis di tengah badan gasing. Tetapi yang sering paling baik ialah, dengan cara memberi paci pada ekor gasing itu. Paci ialah semacam paku kecil atau jarum yang dipakukan pada ekor gasing, sehingga ekor gasing itu amat lancip, di samping bisa menepatkan posisi atau keseimbangan demikian rupa. Hal inilah yang akan membuat putaran gasing menjadi stabil dan lama.
Biasanya ada dua macam gasing yang dibuat di Rantau Kuantan. Pertama ialah bentuk gasing yang agak lonjong, seperti bulat telur atau mirip seperti guci. Sebab itu gasing ini bisa juga disebut gasing telur atau gasing guci. Yang kedua disebut gasing beralik, yaitu jenis gasing yang pipih. Jenis gasing yang sering dipermainkan untuk bertanding ialah jenis biasa, yaitu jenis bulat telur atau yang agak lonjong tersebut. Gasing beralik lebih sering dipakai untuk dinonekkan (dipusingkan) begitu saja. Gasing beralik ini biasanya memang lama berpusing (berputar) bahkan sampai berdengung, sehingga anak-anak suka menyaksikannya. (bersambung)
(Beberapa Aspek Sosial Budaya Daerah Riau, UU Hamidy dan Muchtar Ahmad)
Permainan Gasing Puak Melayu Rantau Kuantan (Bagian 2), Oleh: UU Hamidy