Allah Ta’ala menegaskan kepada umat manusia bahwa Dia telah menyempurnakan nikmat-Nya dengan meridhai Islam menjadi agama, pedoman hidup umat manusia. Islam sebagai agama yang sempurna telah memperlihatkan kepada dunia inilah undang-undang kehidupan yang mampu memberikan kesejahteraan lahir dan batin. Penerapan aturan Allah secara totalitas yang ditampilkan Nabi Saw bersama sahabat Baginda yang pilihan, telah menghasilkan peradaban umat manusia yang luar biasa.
Lebih dari 13 abad, Islam telah memimpin peradaban dunia melalui Islam yang kaffah dalam bingkai Khilafah Islamiyah. Islam meletakkan dasar sains modern, membentuk negara dengan kriminalitas paling minim, menjamin ekonomi semua warga dengan inflasi 0 persen dan kesejahteraan lainnya. Kekayaan Islam ini telah diakui oleh para pengamat yang jujur. Will Durant dalam Story of Civilization mengatakan, ‘’Para khalifah telah memberi keamanan kepada manusia hingga batas yang luar biasa besarnya dan meratakan kesejahteraan selama berabad-abad dalam luasan wilayah yang belum pernah tercatatkan lagi fenomena seperti itu setelah masa mereka.’’
Pengakuan yang jujur ini dimantapkan lagi oleh Carleton S dalam Technology, Business, and Our Way of Life; What’s Next (2001) yang menegaskan, ‘’Peradaban Islam merupakan peradaban yang paling besar di dunia. Peradaban Islam sanggup menciptakan sebuah negara adidaya kontinental yang terbentang dari satu samudera ke samudera yang lain. Tentaranya merupakan gabungan dari berbagai bangsa yang melindungi perdamaian dan kemakmuran yang belum pernah dikenal sebelumnya.’’
Apa rahasia sukses yang demikian? Islam dianut secara totalitas, tidak dipilih-pilih, seperti sekarang ini yang menyebabkan Islam dipandang enteng bahkan dihina. Sekarang, syariah Islam hanya dipakai sebatas untuk ibadah salat, puasa, zakat, nikah-kawin dan haji. Di luar itu, umat Islam mengikuti orang kebanyakan di muka bumi sehingga mereka sesat dari jalan Allah. Mengaku Islam, tapi tak mau hidup diatur oleh syariat Islam yang sempurna, sebab keok oleh demokrasi yang dikomandokan oleh Amerika Serikat dan sekutunya.
Padahal Islam harus menjadi pondasi kehidupan dan dijaga oleh kekuasaan, sehingga kekuatan negara bersandar kepada akidah yang kokoh. Karena Allah memberi wewenang kepada penguasa untuk menghilangkan sesuatu yang tidak bisa dihilangkan oleh Alquran –meminjam perkataan Khalifah Usman bin Affan r.a.– Islam membebaskan manusia dari penghambaan kepada thagut, manusia dan benda lainnya. Hanya menghambakan diri dan beribadah kepada Allah semata. Islam bukan untuk merebut kekayaan dunia seperti dilakukan oleh demokrasi kapitalis, karena tujuannya bukan duniawi tetapi ukhrawi. Islam memakai teknologi untuk menghapus penjajahan bukan untuk menindas seperti dibuat oleh negara demokrasi.
Islam berjaya karena memandang dunia sebagai negeri rantau. Artinya, dunia akan ditinggalkan, kemudian kembali pada kampung akhirat yang kekal yakni surga. Karena itu dunia tidak dipakai untuk menjadi ajang mengumpulkan kekayaan, tetapi untuk berbuat amal saleh sebanyak mungkin. Hati seorang mukmin sejati bukan terpaut kepada dunia tetapi merindukan kampung akhirat. Karena itu dalam pandangan Islam yang benar, dunia tidak terpisahkan dengan akhirat, bukan sebagaimana pandangan demokrasi sekuler, “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah’’ (Matius 22:21).
Perjalanan dari dunia menuju kampung akhirat yang kekal bagaikan berteduh sejenak di bawah pohon, sebelum sampai ke kampung halaman. Dengan demikian, bagaimana mukmin yang takwa itu akan jadi orang serakah terhadap harta, jabatan, kemasyhuran dan pujian. Dia tak mau umurnya habis sia-sia oleh dunia, terbungkuk oleh hutang dan korupsi, tetapi merangkai semua waktu untuk beribadah kepada Allah dengan melaksanakan segala perintah dan meninggalkan segala larangan.
Tidak terlena oleh nikmat dunia sehingga lupa akhirat. Sebab dia tahu nikmat dunia itu baru 1 persen dari rahmat Allah. Sedangkan yang 99 persen lagi disediakan Allah untuk hamba-Nya yang masuk surga. Nikmat dunia hanyalah bagaikan setetes air yang tinggal di jari ketika dicelupkan ke dalam lautan. Sedangkan nikmat akhirat dalam surga bagaikan lautan yang tak terkira itu, nikmat yang abadi yang tak pernah dilihat mata, didengar telinga serta tak pernah terlintas dalam hati. Jadi bodoh orang yang tergila-gila oleh nikmat dunia yang palsu lagi menipu. Karena dunia bagaikan ular, halus sentuhannya tetapi mematikan bisanya.
Kerinduan mukmin sejati kembali ke kampung akhirat sebagai kampung yang azali, bertemu dengan Junjungan Alam Nabi Muhammad Saw, insan yang paling dicintai dari segala makhluk dan berharap memandang wajah Allah Yang Maha Indah, telah membuat dunia sebagai negeri rantau bagaikan penjara. Dia ingin secepat mungkin keluar dari penjara agar dapat meneruskan perjalanan ke kampung akhirat, mendapatkan nikmat hidup yang tiada tara. Di dunia dia harus menahan dan melawan segala godaan setan dan hawa nafsunya. Dia harus memenjarakan dirinya dari maksiat, sementara orang yang mencari dunia masuk penjara oleh maksiatnya. Hamba yang muttakin itu menjadikan dunia sebagai penjara sedangkan pemuja dunia takut masuk penjara dunia.
Begitulah, Allah Ta’ala telah memberi kebebasan memilih kepada umat manusia, karena Allah telah menurunkan Alquran untuk membedakan yang hak dengan yang bathil, membedakan yang halal dengan yang haram, yang baik dan yang buruk, supaya manusia mempergunakan akal pikirannya dengan panduan iman. Nabi Muhammad Saw memberi teladan bagaimana Alquran dipakai dalam kehidupan, sebagaimana terbentang dalam kehidupan para sahabat Nabi Saw, yang telah jadi generasi umat manusia yang terbaik di muka bumi. Alquran kitab rahasia alam semesta dan Sunnah Nabi Saw harus dipakai untuk menyelesaikan segala perkara kehidupan, bagi siapa yang ingin selamat dari dunia negeri rantau menuju surga kampung halaman di akhirat. Karena itulah Alquran menjadi peringatan, pelajaran, penawar bagi penyakit, petunjuk dan rahmat bagi orang beriman.
Hidup di dunia adalah pilihan, karena itu manusia tinggal memilih. Apakah mau diatur hidupnya oleh Allah dan Rasul-Nya, sehingga dapat pulang dengan selamat dari rantau dunia menuju surga kampung akhirat yang kekal. Apakah akan mendiamkan ajaran Alquran dan As-sunnah tidak menghiraukannya, karena terlena oleh dunia. Apakah akan membuat bermacam alasan, bahkan menentang syariah Islam yang sudah terbukti kejayaannya. Apakah ikut barisan orang munafik yang pura-pura menerima Islam, tetapi sebenarnya pengkhianat Islam. Gunakanlah akal sehat dan pikiran yang jernih agar terbuka hidayah menerima Islam dengan totalitas, lalu berjuang dan berjihad dengan jiwa, raga dan harta untuk menegakkan Islam, agama yang berada di atas segala agama. Karena hanya Islam agama yang diridhai Allah Yang Maha Bijaksana.***