Allah Maha Pencipta telah menciptakan manusia dari setetes air yang hina. Tapi manusia yang tidak menyadari hakikat penciptaannya telah menjadi penantang yang nyata. Manusia yang demikian tidak hanya sebatas menolak kebenaran wahyu Allah Yang Maha Bijaksana, tetapi malah sampai mencela hukum-hukum Allah, bahkan berani mengatakan hukum Allah itu kejam. Nauzubillah.
Sungguhpun demikian, Allah Yang Maha Pengasih tetap memberi peluang kepada umat manusia untuk mendapatkan kesejahteraan di dunia dan di akhirat. Allah menurunkan kitab Alquran yang menjelaskan bagaimana cara hidup yang benar. Serta cara menyelesaikan segala perkara kehidupan. Allah memelihara Alquran sepanjang masa, agar manusia dapat terhindar dari penyakit jasmani dan ruhani.
Begitulah Allah Yang Maha Memelihara, telah membukakan rahasia, apa yang akan terjadi kelak di akhirat terhadap orang yang engkar, zalim dan lalai terhadap peringatan-Nya. Rahasia itu disebutkan dalam Alquran tidak lain, demi kasih sayang Allah terhadap hamba-Nya.
Hampir tak ada manusia yang tidak akan kecewa oleh perbuatannya. Sebab tak dapat diperbaiki atau ditebus lagi karena sudah lewat oleh ruang dan waktu. Satu-satunya penyesalan yang dapat ditebus dalam peristiwa sejarah adalah perbuatan Komandan pasukan mujahidin Qutaibah menyerbu kota Samarkan tanpa lebih dahulu memberikan peringatan dan ultimatum kepada penduduknya.
Maka Samarkan dapat dikuasai tanpa pertumpahan darah, namun Qutaibah bersalah tidak memberikan ultimatum lebih dahulu. Maka dalam tempo lima hari, Samarkan harus kosong dari pasukan mujahidin. Qutaibah menebus janji atas penyesalannya, sehingga penduduk Samarkan amat kagum akan ketaatan Qutaibah, lalu kemudian mereka masuk Islam.
Demikianlah, agar umat manusia tidak menyesal kelak di akhirat, maka Allah membukakan rahasia lewat Alquran, apa yang akan menimpa mereka kelak di akhirat sebagai akibat perbuatan mereka. Rahasia ini sebenarnya peringatan terhadap siapa saja yang menantang Syariah Islam yang bersandar kepada Alquran dan Sunnah Nabi Saw.
Pelaksanaan Syariah Islam oleh Nabi Saw yang diikuti dengan taat oleh para sahabatnya, telah menampilkan suatu negara, masyarakat dan penduduk negeri mendapatkan kesejahteraan lahir dan batin, dengan tidak membedakan agama, kesukuan dan keturunan. Mereka benar-benar taat melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan Allah dan Rasul-Nya sehingga inilah satu-satunya generasi terbaik dalam sejarah umat manusia. Allah ridha kepada mereka dan mereka ridha pula kepada Allah.
Sekarang, setelah sistem demokrasi yang dirangkai dengan sekulerisme, HAM, kapitalis dan persamaan jenis kelamin menjadi panduan hidup umat manusia, maka mereka terjerumus kedalam lumpur materialis.
Mereka menentang Syariah Islam untuk mengatur kehidupan umat manusia, bahkan memandangnya sebagai ancaman. Mereka lebih percaya kepada akal pikirannya ketimbang kebenaran Allah yang tiada keraguan. Mereka sesungguhnya tidak berakal menurut sabda Nabi Muhammad Saw, karena akalnya tidak mampu mengendalikan hawa nafsunya.
Mereka juga sebenarnya tidak pintar, karena tak mau mengingat kematian. Tetapi mereka mengaku hebat dengan ilmu dan teknologi, kekuasaan dan harta yang mereka kumpulkan. Padahal untuk itu, mereka diperbudak oleh hawa nafsunya. Mereka hidup di dunia yang fana ini seakan tidak akan dituntut oleh Allah mempertanggungjawabkan segala perbuatannya kelak di akhirat.
Manusia penentang Syariah Islam itu hidup sesuka hatinya di muka Bumi. Mereka hanya mau diatur oleh aturan buatan manusia yang dapat diberlakukan sesuai dengan kehendak hawa nafsunya. Setelah mereka melihat api neraka menyala-nyala kelak di akhirat, barulah mereka sadar dan menyesal. Mereka minta kembali ke dunia kepada Allah dengan janji akan beramal saleh. Orang yang zalim dengan ucapan, ‘’Alangkah baiknya kalau aku dulu mengikuti jalan Rasul.’’
Orang yang teledor mengikuti pemimpin yang zalim meminta kepada Allah agar pemimpin yang menyebabkan mereka sesat supaya digasak dengan hukuman dua kali lipat. Sementara itu, orang yang lalai yang terjerumus kedalam maksiat karena mengikuti temannya akan mengeluh, ‘’Alangkah baiknya kalau aku dulu tidak menjadikan si Fulan sebagai teman.’’
Lantas masih ada penyesalan yang alang kepalang, yang paling hebat, yang runtuh dari segala penyesalan dan harapan, yakni penyesalan orang kafir dengan ucapan ‘’Kuntu turaba’’ yang artinya ‘’Duhai, kalaulah aku hanya menjadi tanah.’’ Namun semuanya ini tak berguna, sebab segala rahasia penyesalan ini telah dibukakan Allah di dunia. Disampaikan dengan contoh tauladan akhlak mulia Junjungan Alam Nabi Muhammad Saw, pembimbing kehidupan dunia akhirat umat manusia.***