Tak diketahui dengan jelas bila ulama ini lahir, sedangkan data mengenai kegiatan dan riwayat hidupnya juga masih terbatas dapat dikumpulkan. Sungguhpun begitu, beliau merupakan ulama yang paling besar pengaruhnya di Indragiri. Tuan Guru atau ulama ini diangkat menjadi mufti Kerajaan Indragiri tahun 1907, dan meninggal pada 10 Maret 1939 di Sapat, Kuala Indragiri.
Dia seorang alim yang cerdas dan kreatif. Ternyata, di samping menulis kitab-kitab pembahasan tentang ilmu agama Islam, juga menyukai syair, sebagai satu cara berdakwah kepada umat. Di antara karyanya yang dapat dikenal dapat disebutkan antara lain:
1. Risalah Amal Ma’rifat (mengenai tasawuf)
Selesai dikarang 8 Rabiul Awal 1332 H/1913 M. Diterbitkan oleh H Abdul Hamid Mahmud di Singapura.
2. Asrar-al Shalati min Adihi al Mugtadah (terjemahan beberapa rahasia shalat yang diambil dari beberapa kitab yang muktadah)
Selesai ditulis 1334 H dan pernah dicetak 8 kali.
3. Muathat Linafsi Wala Masyali min al-Ikhwan Nafa’na Allah biha Amin
Cetakan pertama terbitan Mathaba’at al-Ahmadiah tahun 1355 di Singapura.
4. Aqaid al-Iman (masalah tauhid)
Dicetak oleh Mathaba’at al-Ahmadiah Singapura pada 18 Sya’ban 1355 H atau 2 November 1936 M.
5. Syair Ibarat dan Khabar Akhirat Jalan untuk Keinsyafan (sastra)
Dicetak oleh Mathaba’at al-Ahmadiah Singapura pada 9 Sya’ban 1344 H.
Dalam kitab terjemahannya Asrar-al Shalati (rahasia shalat), dijelaskan oleh Tuan Guru Abdurrahman Siddik bahwa paling kurang ada 10 faedah shalat, yaitu:
– Shalat itu menerangkan ia akan hati;
– Mencahayakan ia akan muka;
– Meridhakan ia akan Tuhan Rahman;
– Memarahkan ia akan syaitan
– Menolakkan ia akan bala;
– Memadakan ia akan kejahatan segala seteru;
– Membaikkan ia akan rahmat;
– Menolakkan ia akan azab dunia dan azab akhirat;
– Menghampirkan ia akan hamba daripada Tuhan dan
– Menegahkan ia akan segala yang keji-keji
Di dalam kitabnya Risalah Amal Ma’rifat, tokoh ini menjelaskan perbedaan antara syariat, tarikat, hakikat dan ma’rifat:
Adapun syariat itu artinya kenyataan, yakni barang yang dinyatakan oleh Allah Ta’ala daripada segala hukum dan nahi dan lainnya, maka takluk ia pada anggota.
Adapun tarikat artinya jalan, yakni jalan yang menyempurnakan syariat seperti tobat, zuhud, tawakkal, sabar, ridha dan siddik dan mahabah dan zikir maut dan lainnya daripada segala perangai yang terpuji, maka ia takluk pada hati dan nyata pada anggota.
Adapun hakikat artinya i’tikad yang sebenarnya yang wajib dipercayakan sama ada alhabat atau nubuat atau sami’at yaitu takluk pada perbuatan hati.
Adapun ma’rifat artinya pengenalan yang sempurna kepada Allah Ta’ala yaitu takluk kepada sir hati. Maka arti mengenal itu yaitu mengenal wahidaniyah Allah Ta’ala pada anfal dan pada ‘asma’ dan pada sifat dan pada zat dengan i’tikad yang yakin sekira-kira tetap pada i’tikadnya; tiada yang memperbuat sekalian ka’inat melainkan Allah Ta’ala dan tiada yang bernama di dalam ka’inat hanya Allah Ta’ala dan tiada yang maujud di dalam ka’inat hanya Allah Ta’ala. (Bersambung)
(Islam dan Masyarakat Melayu di Riau, UU Hamidy)
Kegiatan Tuan Guru Abdurrahman Siddik bin Muhammad Apip di Indragiri (Bagian 2), Oleh: UU Hamidy