Alquran kitab pedoman hidup umat manusia serta pembuka rahasia alam semesta, telah memberikan tiga tipologi penting umat manusia, yakni orang beriman, orang kafir dan orang munafik. Orang beriman dengan orang kafir bagaikan putih berbanding hitam. Tetapi orang munafik, bisa putih bisa pula hitam. Inilah keistimewaan orang munafik. Mereka punya warna atau sikap yang berubah-ubah sesuai dengan kepentingan mereka. Berhadapan dengan orang beriman, orang munafik mengaku pula beriman. Setelah kembali kepada teman-temannya, orang munafik itu mengatakan hanya berolok-olok mempermainkan orang-orang beriman. Jadi orang munafik hanya berpijak kepada kepentingan dirinya, sebagaimana disindir oleh pepatah Melayu: ‘’baling-baling di atas bukit’’, ke mana arah angin ke situ pula arahnya berputar.
Rancangan hidup orang munafik bukanlah dalam bingkai beramal saleh, tetapi untuk memenuhi keinginan dirinya serta anak keluarganya. Orang munafik meragukan kekuasaan Allah, sehingga menentang Syariah Islam, menyokong yang mungkar serta menghalangi yang makruf. Karena itu mereka bersandar dan mencari kemuliaan kepada orang-orang kafir. Jika suatu perkara menguntungkan dirinya, dia akan ambil bagian. Jika sebaliknya, dia akan balik kanan. Karena itu orang munafik juga akan kelihatan seperti di atas pagar. Bila sebelah kiri pagar menguntungkan dirinya, dia lompat ke kiri. Bila yang kanan yang memberi keuntungan, dia akan lompat lagi ke sebelah kanan. Jika partai A yang baik untuk dirinya, dia masuk partai A. Jika partai A tak memberi keuntungan lagi, maka segera lompat ke partai B.
Tujuan hidup orang munafik itu biasanya bermuara kepada bendawi. Karena itu sikap mereka akan berubah sesuai dengan keuntungan kebendaan itu. Jika orang beriman pergi ke medan jihad dengan niat menegakkan Kalimah Allah, maka orang munafik pergi untuk mendapatkan harta rampasan. Harta menjadi pusat perhatian, karena dengan harta dapat diperoleh kekuasaan, kehormatan, popularitas (pujian) serta berbagai kesenangan dunia lainnya. Inilah perlombaan hidup orang munafik sebagaimana disiarkan oleh media cetak dan elektronik, siapa di dunia ini yang paling kaya, paling berpengaruh (berkuasa) dan paling terkenal dalam pertarungan kepentingan dunia ini.
Demikianlah orang-orang munafik akan tampil di mana saja dengan membanggakan kekayaannya. Kekayaan itu pertama-tama ditujukan kepada dirinya, kemudian kepada anak dan keluarganya. Mereka akan kelihatan dalam rangkaian harta yang serba mewah lagi mahal. Rangkaian harta itu pertama meliputi pakaian yang mahal lagi indah, tempat tinggal yang bagaikan istana serta kendaraan yang istimewa pula. Pokoknya penampilan mereka akan serba ‘’wah!’’. Mereka memandang dunia ini indah dan suka bersenang-senang dengan kekayaan dunia itu. Sebaliknya akan memandang hina kepada orang beriman, yang tidak hidup mewah seperti mereka. Mereka mengatakan hidup di dunia ini hanya satu kali, karena itu jangan disia-siakan untuk mereguknya sepuas hati.
Sungguhpun demikian, orang-orang beriman telah diberi peringatan oleh Allah Yang Maha Bijaksana, agar jangan sampai tergelincir oleh dunia, sebagaimana yang telah menimpa orang-orang munafik. Dalam Surah At-Taubah ayat 55 Allah Yang Maha Pemurah memberi peringatan yang artinya: ‘’Maka janganlah harta dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir’’.
Kemegahan dunia orang munafik ini membahayakan ketakwaan orang beriman. Jika orang beriman mengagumi keberuntungan dunia orang munafik itu, maka hatinya juga akan tertarik mengikuti gaya hidup mereka. Akibatnya, gelombang kemewahan hidup orang munafik itu dapat meruntuhkan akidah orang beriman, sehingga orang beriman akan mengabaikan Syariah Islam dalam aturan main peri kehidupan. Karena itu patut diperhatikan sekali lagi peringatan Allah dalam surah yang sama ayat 85 yang artinya: ‘’Dan janganlah engkau (Muhammad) kagum terhadap harta dan anak-anak mereka. Sesungguhnya dengan itu Allah hendak menyiksa mereka di dunia dan agar nyawa mereka melayang sedang mereka dalam keadaan kafir’’.
Maka jelaslah hendaknya kepada orang beriman, bahwa harta benda dan anak-anak yang diberikan Allah kepada orang munafik itu bukanlah untuk keselamatan mereka baik di dunia maupun di akhirat. Harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka. Dunia ini hanya akan menjadi benda tipuan jika tidak digunakan untuk taat dan patuh kepada Allah dan Rasul-Nya, melaksanakan Syariah Islam dengan hati yang teguh. Jika dunia hanya digunakan untuk bermaksiat, maka nilainya bagaikan bangkai yang tak tidak beharga.***