Ajip Rosidi punya kenangan yang istimewa bagi kami di Bilik Kreatif. Pertemuan pertama bermula pada tahun 1975. Saat itu, UU Hamidy baru selesai mengikuti pendidikan di Pusat Latihan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial (PLPIIS) di Aceh tahun 1974.
UU Hamidy diundang oleh Ajip Rosidi sebagai pembicara di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta. Semasa itu, Ajip menjabat sebagai Ketua Dewan Kesenian Jakarta (1972-1981). Ketika itu, banyak yang menyangka UU Hamidy sudah lulus S3 atau paling kurang sudah selesai S2. Padahal, seperti diterangkan Ajip Rosidi, UU Hamidy hanyalah lulusan S1.
Tahun 1982, UU Hamidy mengirimkan bukunya yang bertajuk Riau sebagai Pusat Bahasa dan Kebudayaan Melayu (Bumi Pustaka, Pekanbaru, 1981) kepada Ajip Rosidi. Buku ini mendapat apresiasi yang hangat dari lelaki kelahiran Jatiwangi tersebut.
Ajip merasa respek karena melihat kesamaan antara dirinya dengan UU Hamidy, yakni sama-sama peminat sastra daerah. Ajip tunak menggeluti budaya Sunda sementara UU Hamidy meneliti budaya Melayu.
Setelah itu hubungan cukup lama terhenti karena Ajip sejak 1982-1996 diangkat menjadi guru besar tamu di Osaka Gaikokugo Daigaku (Universitas Bahasa Asing Osaka) di Jepang.
Tiba-tiba, pada suatu hari, datanglah sepucuk surat di Bilik Kreatif. Surat itu menerangkan bahwa Ajip telah pindah alamat di Desa Pabelan, Kecamatan Mungkid, Magelang, Jawa Tengah. Setelah itu komunikasi kembali terhubung lewat telepon dan buku.
Sejak saat itu, berketutuilah (sambung-menyambung) kiriman buku dari Pabelan. Bilik Kreatif boleh dikata hampir memiliki seluruh buku-buku Ajip Rosidi. Bahkan ada beberapa judul yang dikirim dobel. Kiriman buku itu pun selalu pula dibalas dengan karya-karya di Bilik Kreatif.
Tahun 2013, Ajip sempat diminta untuk menyumbangkan tulisannya dalam buku Gelanggang Budaya Melayu; 70 Tahun UU Hamidy. Sayangnya, karena waktu yang cukup kasip, Ajip tak dapat memenuhi permintaan itu. Tetapi, sebagai gantinya, Ajip menulis satu halaman penuh tentang UU Hamidy. Tulisan itu dimuat di harian Republika, Ahad, 17 November 2013.
Setelah itu pembicaraan hangat lewat telepon masih terjalin. Ajip bahkan mengundang UU Hamidy untuk berkunjung ke Pabelan. Sayangnya undangan itu belum jua terpenuhi sementara yang mengundang pun telah menghadap Illahi Robbi.
Selamat jalan Pak Ajip. Semoga husnul khotimah, diterima segala amal ibadahmu dan diampuni segala dosamu. Kami mengingatmu dalam doa seperti pintamu dalam puisimu.***
Ingat aku dalam do’amu: di depan makam Ibrahim
akan dikabulkan Yang Maha Rahim
Hidupku di dunia ini, di alam akhir nanti
lindungi dengan rahmat, limpahi dengan kurnia Gusti
Ingat aku dalam do’amu: di depan makam Ibrahim
di dalam solatmu, dalam sadarmu, dalam mimpimu
Setiap tarikan nafasku, pun waktu menghembuskannya
jadilah berkah, semata limpahan rido Illahi
Ya Robbi!
Biarkan kasih-Mu mengalir abadi
Ingat aku dalam do’a-Mu
Ingat aku dalam firman-Mu
Ingat aku dalam diam-Mu
Ingat aku
Ingat
Amin
(Ingat Aku dalam Doamu, Ajip Rosidi)